REMBANG – Pertumbuhan ekonomi di Kota Santri menunjukan trend positif. Daya beli masyarakat meningkat. Hadirnya industri besar membawa angin segar. Termasuk dari sisi angka pengangguran terus menurun.
Kondisi itu diamini Bupati Rembang, Abdul Hafidz. Disampaikan trend itu berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik. Angka tingkat pengangguran terbuka BPS mencatat tinggal 1,76 persen dari jumlah penduduk 647 ribu.
”Kalau dihitung tinggal 10.000 sekian. Dan itu rekor tertinggi untuk Jateng. Dapat penghargaan dari Gubernur, Ganjar Pranowo karena tingkat pengangguran tinggal 1,7 persen,”katanya.
Jika di bandingkan Kabupaten tetangga angka pengangguran masih tinggi. Bupati beri contoh kecil yang ada dilapangan khususnya di pertanian. Untuk tenaga di Kabupaten Rembang impor dari kabupaten sebelah.
Bupati tidak menampik kemiskinan masih tinggi. Prosentase 14,6 persen. Tapi trend setiap tahun turun terus. Dipelajari garis kemiskinan tinggi 441, Blora hanya 390 rupiah. Salah satunya dipengaruhi masyarakat setempat senang rokok dan ngopi.
”Gaya hidup tinggi sehingga mempengaruhi. Dihitung kalau garis kemiskinan sama Blora 390 ribu dibawah 10 kemiskinan. Itu data dari BPS,” terangnya.
Sementara itu indek pembangunan manusia (IPM) naik. Dari 70,43 menjadi 71. Ini dipengaruhi kesehatan dan pendidikan. Meningkat semua. Selama 3 tahun periode pertama 14 puskemas direvitalisasi.
Terakhir puskesmas Lasem anggaran Rp 10 miliar. Tidak hanya fisik. Sistem. Pelayanan. dirubah semua. Serba digital. Disamping itu rumah sakit dalam kurun 4 tahun menambah klinik hampir 8. Sampai ODGJ diberi.
”Kalau ada sakit jiwa bisa dimasukan ke kabupaten Rembang. Lalu ada paru-paru. Hampir semua ada. Kemajuan-kemajuan itu sudah ada di bidang kesehatan,” optimistisnya.
Berikutnya pendidikan. Ada perguruan tinggi Undip, UYR, Al-Kamal-Al-Hidayat, Al-Anwar dan Universitas Terbuka. Itu cukup signifikan terutama ekonomi. UMKM tahun 2017 baru 39 ribu sekarang sudah 58 ribu.
UMKM naik karena ada penghasilan. Karena ada pekerjaan. Tahun 2018 menarik industri besar dengan tenaga padat karya pabrik sepatu. Tas. Pengolah ikan. Ini sudah 10 ribu tenaga kerja dari tiga pabrik.
”Bisa dibayangkan Rp 2 juta, sudah Rp 20 miliar uang masuk ditengah kampung-kampung setiap bulanya. Dimana 90 persen orang Rembang. Maka pertumbuhan ekonomi cukup lumayan. Daya beli meningkat. Itu kondisi ekonomi di Kabupaten Rembang,” pungkasnya. (noe/adv)