REMBANG – Pasangan suami istri Sadari dan Sumi rela menjual dua ekor sapinya demi berangkat umrah. Meski berat karena batal berangkat ke Tanah Suci. Warga Desa Sanetan, Kecamatan Sluke ini mengaku tetap bersyukur, baginya lebih baik telantar di wilayah sendiri dari pada telantar di negeri orang.
Baca Juga : Bupati Rembang Wanti-Wanti PLN Tak Ada Pemadaman hingga Hari Raya Idul Fitri, Ini Alasannya
“Masih bersyukur karena diberi petunjuk Allah SWT. Kalau tidak justru keleleran di Jeddah. Sebab informasi dari PT hanya dibelikan tiket pergi saja. Tidak pulang-pergi,” ungkap Sadari, satu dari 38 korban jamaah umrah asal Rembang yang sempat telantar di bandara di Yogyakarta International Airport (YIA).
Sadari yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang batu itu, Senin (20/3) tiba dari Jogjakarta ke rumah sekitar pukul 03.00 dini hari.
Saat ditemui, pria paruh baya itu tampak masih kelelahan. Kepada Jawa Pos Radar Kudus, Sadari mengaku baru bisa istirahat pukul 11.36 siang.
Sadari bersama istrinya pulang naik travel, berangkat dari Kulonprogo-Jogjakarta pukul 17.00, melalui tol Ngawi. Mereka akhirnya pulang setelah ada mediasi di Polsek setempat. Hasilnya, ada kesepakatan bersama, biro dan PT mengusahakan akan tetap diberangkatkan lagi.
”Jika tidak ada halangan rombongan 38 jamaah berangkat bulan Mei 2023,” ungkapnya.
Cita-cita ke Tanah Suci sudah menjadi impian Sadari dan istrinya. Uang dari hasil bekerja sebagai bangunan dikumpulkan sedikit demi sedikit. Bahkan, ia rela menjual dua ekor sapi untuk menutup kekurangan. Total ongkos umrah bersama istrinya Rp 58 juta, masing-masing Rp 29 juta.
Reporter: Wisnu Aji
REMBANG – Pasangan suami istri Sadari dan Sumi rela menjual dua ekor sapinya demi berangkat umrah. Meski berat karena batal berangkat ke Tanah Suci. Warga Desa Sanetan, Kecamatan Sluke ini mengaku tetap bersyukur, baginya lebih baik telantar di wilayah sendiri dari pada telantar di negeri orang.
Baca Juga : Bupati Rembang Wanti-Wanti PLN Tak Ada Pemadaman hingga Hari Raya Idul Fitri, Ini Alasannya
“Masih bersyukur karena diberi petunjuk Allah SWT. Kalau tidak justru keleleran di Jeddah. Sebab informasi dari PT hanya dibelikan tiket pergi saja. Tidak pulang-pergi,” ungkap Sadari, satu dari 38 korban jamaah umrah asal Rembang yang sempat telantar di bandara di Yogyakarta International Airport (YIA).
Sadari yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang batu itu, Senin (20/3) tiba dari Jogjakarta ke rumah sekitar pukul 03.00 dini hari.
Saat ditemui, pria paruh baya itu tampak masih kelelahan. Kepada Jawa Pos Radar Kudus, Sadari mengaku baru bisa istirahat pukul 11.36 siang.
Sadari bersama istrinya pulang naik travel, berangkat dari Kulonprogo-Jogjakarta pukul 17.00, melalui tol Ngawi. Mereka akhirnya pulang setelah ada mediasi di Polsek setempat. Hasilnya, ada kesepakatan bersama, biro dan PT mengusahakan akan tetap diberangkatkan lagi.
”Jika tidak ada halangan rombongan 38 jamaah berangkat bulan Mei 2023,” ungkapnya.
Cita-cita ke Tanah Suci sudah menjadi impian Sadari dan istrinya. Uang dari hasil bekerja sebagai bangunan dikumpulkan sedikit demi sedikit. Bahkan, ia rela menjual dua ekor sapi untuk menutup kekurangan. Total ongkos umrah bersama istrinya Rp 58 juta, masing-masing Rp 29 juta.
Reporter: Wisnu Aji