REMBANG – Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi di Kabupaten Rembang menjadi sepuluh ekor per Minggu (15/5). Tak menutup kemungkinan jumlah tersebut terus bertambah mengingat hingga kini belum ada tempat karantina untuk sapi-sapi dari luar kota.
Baca Juga : Empat Sapi di Rembang Positif Penyakit Mulut dan Kuku, Pedagang: Harga Daging Anjlok, Sepi Pembeli
Terbaru, terdapat temuan dari lima peternak di Kecamatan Kaliori, Sarang, dan Kragan. Sapi-sapi itu berasal dari pasar Bojonegoro, Tuban, Jatirogo (Jatim), Pamotan dan lokal (lalin polang).
Selain masalah karantina, stok obat penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Rembang juga mulai menipis. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan, mengingat ada indikasi hewan lokal mulai tertular.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Agus Iwan Haswanto mengaku jika ketersediaan obat penyakit PMK sudah mulai menipis. Hal itu diperoleh dari laporan petugas di lapangan. Ia pun mengaku telah berkoordinasi dengan pemprov terkait kekurangan tersebut.
”Koordinasi dengan Pemprov sudah kami lakukan. Kami berharap mendapat tambahan stok obat penanganan PMK,” katanya kepada Jawa Pos Radar Kudus.
Hasil koordinasi stok obat akan dipenuhi pekan ini. Namun begitu, pihaknya belum mengetahui pasti jumlahnya. “Namun yang jelas berupa vitamin, antibiotik. Serta obat luar. Berupa obat semprot untuk luka luar ternak,” terangnya.
Ia pun berharap pengiriman bisa disegarakan agar sapi-sapi peternak segera pulih. ”Kalau minggu ini pasti ada tambahan stok provinsi. Jumlahnya belum tahu, mungkin terbatas. Jatim yang lebih butuh karena tinggi,” harapnya.
Agus juga mengklaim jika di Rembang belum ada ternak mati mendadak. Sejauh ini, dinas juga terus koordinasi dengan Polres terkait data dan kunjungan di lapangan. Lalu dilanjutkan di pasar hewan. “Direncanakan hari Selasa (17/5) digelar monitoring ke pasar hewan. Melibatkan Forkompimda,” imbuhnya. (noe/ali)