GROBOGAN – Kenaikan harga tahu dan tempe mulai dirasakan perajin. Sejumlah perajin terpaksa menyunat ukuran tahu dan tempe pascamelonjaknya harga kacang kedelai impor di pasaran.
Perajin tahu dan tempe di Jetis, Purwodadi Atik mengatakan, saat ini harga kedelai di pasaran dijual kisaran Rp 9.950 per kilogram, dari harga normal Rp 7 ribu.
”Kalau kata distributornya, disebabkan karena distribusi tidak lancar akibat Covid-19,” ungkapnya.
Menurutnya, kenaikan harga kedelai saat ini cukup berdampak terhadap kegiatan usahanya. Bahkan dia sampai memindahkan pekerjanya ke unit kerja lainnya.
”Cukup berdampak saat harga kedelai naik. Biaya produksi dengan harga jual tidak seimbang. Kalau tidak disiasati bisa terus merugi. Apalagi daya beli masyarakat sekarang sedang turun. Beberapa pekerja saya pindahkan ke produksi keripik tempe,” keluhnya.
Namun, tak mau kekurangan ide. Untuk menutupi beban biaya produksi yang melonjak, dia memperkecil ukuran tempe dan tahu dengan harga jual tetap.
”Dalam kondisi saat ini tidak mungkin kalau harus menaikan harganya. Jadi, ukurannya saja yang dikurangi,” ujarnya. Kini, jumlah produksinya pun terus berkurang hingga 20 persen.
”Jika biasanya sehari habis satu ton, semenjak kedelai naik, hanya sekitar delapan kwintal,” ungkapnya.