30.6 C
Kudus
Saturday, March 25, 2023

Meminimalisasi Learning Loss pada Masa Pandemi

BERBICARA masalah pendidikan pada masa pandemi seolah tak ada habisnya. Tidak hanya guru yang berpikir keras mencari strategi mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi tak menentu. Para pakar pendidikan juga mencari jalan keluar untuk mengatasi, agar para siswa tidak kehilangan kesempatan belajar yang dikenal dengan learning loss.

Dalam sebuah webinar nasional Pergunu, Prof. DR. H. Warul Walidin AK. MA, menjelaskan, learning loss dapat diartikan sebagai kondisi kehilangan atau ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan adanya kesenjangan, diskontinuitas pendidikan, penutupan sekolah karena adanya bencana, serta konflik bersenjata atau pandemi. Faktor yang menyebabkan diskontinuitas pendidikan, di antaranya libur panjang, putus sekolah, ketidakhadiran di sekolah, pembelajaran yang tidak efektif, dan lain-lain.

Pandemi yang kita alami saat ini juga dapat menjadi penyebab learning loss. Selama pandemi, sebagian besar pembelajaran dilaksanakan secara daring. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring maupun pembelajaran tatap muka terbatas.


Pertama, membuat jadwal rutinitas belajar harian seperti bersekolah secara normal. Sebagian sekolah mungkin menerapkan jadwal rutin selayaknya belajar di sekolah. Namun bedanya pembelajaran dilaksanakan secara online melalui Google Meet, Zoom Meeting maupun Whatsapp Grup. Namun, tidak menutup kemungkinan ada sekolah yang tidak menerapkan jadwal yang pasti, karena keterbatasan fasilitas.

Untuk itu, peran orang tua di rumah memastikan anak memiliki jadwal harian di rumah. Jadwal dapat disesuaikan dengan keadaan di rumah masing-masing. Namun, tetap disarankan agar anak tetap bangun pagi setiap hari, seperti kalau masuk sekolah. Dengan demikian, anak akan memiliki rutinitas yang pasti, kapan harus belajar dan kapan harus bermain.

Kedua, memonitoring secara berkala pembelajaran daring di sekolah. Jika selama ini yang melakukan monitoring pembelajaran adalah guru di sekolah, selama PJJ maupun pembelajaran tatap muka terbatas monitoring belajar beralih ke orang tua. Monitoring dapat dilakukan dengan candaan di sela waktu luang. Kita bisa membuat kuis ringan untuk anak-anak kita di rumah. Misalnya, pembelajaran matematika tentang operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, serta yang disesuaikan dengan kelas anak. Untuk anak kelas satu dapat kita berikan permainan yang sekaligus sebagai media untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung.

Baca Juga :  Euforia PTM Terbatas: Kewajiban atau Kejujuran?

Ketiga, usahakan menguasai materi pelajaran. Ini khususnya untuk jenjang PAUD, TK, dan SD. Anak usia PAUD sampai SD belum memiliki cara belajar yang efektif untuk dirinya sendiri. Mereka masih sering menemukan kesulitan dalam memahami hal-hal yang dianggap baru. Mereka membutuhkan pembimbing dalam belajar. Maka orang tua hendaknya siap membimbingnya. Hal ini untuk mengurangi risiko anak tidak mengerti pelajaran, apalagi jika tidak ada tempat untuk bertanya.

Keempat, melakukan komunikasi aktif dengan guru di sekolah. Peran guru di sekolah sangat besar dalam PJJ. Untuk itu, orang tua wajib berkomunikasi dengan guru. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan belajar anak. Komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan guru dapat menghasilkan capaian yang baik dalam pembelajaran.

Bapak dan ibu di rumah, kita belum tahu sampai kapan pemberlakuan PJJ dan pembelajaran tatap muka terbatas berakhir. Tugas orang tua di rumah adalah memastikan anak mendapatkan pendidikan yang maksimal. Jangan sampai anak-anak terkena dampak learning loss, seperti kehilangan kebiasaan baik, pudarnya karakter, dan moral yang sudah terbentuk. Untuk itu, mari kita bahu-membahu bersinergi mengondisikan agar anak-anak tetap dapat belajar dengan baik selama belum bisa masuk sekolah secara normal. (*)


BERBICARA masalah pendidikan pada masa pandemi seolah tak ada habisnya. Tidak hanya guru yang berpikir keras mencari strategi mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi tak menentu. Para pakar pendidikan juga mencari jalan keluar untuk mengatasi, agar para siswa tidak kehilangan kesempatan belajar yang dikenal dengan learning loss.

Dalam sebuah webinar nasional Pergunu, Prof. DR. H. Warul Walidin AK. MA, menjelaskan, learning loss dapat diartikan sebagai kondisi kehilangan atau ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan adanya kesenjangan, diskontinuitas pendidikan, penutupan sekolah karena adanya bencana, serta konflik bersenjata atau pandemi. Faktor yang menyebabkan diskontinuitas pendidikan, di antaranya libur panjang, putus sekolah, ketidakhadiran di sekolah, pembelajaran yang tidak efektif, dan lain-lain.

Pandemi yang kita alami saat ini juga dapat menjadi penyebab learning loss. Selama pandemi, sebagian besar pembelajaran dilaksanakan secara daring. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring maupun pembelajaran tatap muka terbatas.

Pertama, membuat jadwal rutinitas belajar harian seperti bersekolah secara normal. Sebagian sekolah mungkin menerapkan jadwal rutin selayaknya belajar di sekolah. Namun bedanya pembelajaran dilaksanakan secara online melalui Google Meet, Zoom Meeting maupun Whatsapp Grup. Namun, tidak menutup kemungkinan ada sekolah yang tidak menerapkan jadwal yang pasti, karena keterbatasan fasilitas.

Untuk itu, peran orang tua di rumah memastikan anak memiliki jadwal harian di rumah. Jadwal dapat disesuaikan dengan keadaan di rumah masing-masing. Namun, tetap disarankan agar anak tetap bangun pagi setiap hari, seperti kalau masuk sekolah. Dengan demikian, anak akan memiliki rutinitas yang pasti, kapan harus belajar dan kapan harus bermain.

Kedua, memonitoring secara berkala pembelajaran daring di sekolah. Jika selama ini yang melakukan monitoring pembelajaran adalah guru di sekolah, selama PJJ maupun pembelajaran tatap muka terbatas monitoring belajar beralih ke orang tua. Monitoring dapat dilakukan dengan candaan di sela waktu luang. Kita bisa membuat kuis ringan untuk anak-anak kita di rumah. Misalnya, pembelajaran matematika tentang operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, serta yang disesuaikan dengan kelas anak. Untuk anak kelas satu dapat kita berikan permainan yang sekaligus sebagai media untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung.

Baca Juga :  TAP Berbantuan SAC Mengaktifkan Siswa dalam PTMT Matematika

Ketiga, usahakan menguasai materi pelajaran. Ini khususnya untuk jenjang PAUD, TK, dan SD. Anak usia PAUD sampai SD belum memiliki cara belajar yang efektif untuk dirinya sendiri. Mereka masih sering menemukan kesulitan dalam memahami hal-hal yang dianggap baru. Mereka membutuhkan pembimbing dalam belajar. Maka orang tua hendaknya siap membimbingnya. Hal ini untuk mengurangi risiko anak tidak mengerti pelajaran, apalagi jika tidak ada tempat untuk bertanya.

Keempat, melakukan komunikasi aktif dengan guru di sekolah. Peran guru di sekolah sangat besar dalam PJJ. Untuk itu, orang tua wajib berkomunikasi dengan guru. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan belajar anak. Komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan guru dapat menghasilkan capaian yang baik dalam pembelajaran.

Bapak dan ibu di rumah, kita belum tahu sampai kapan pemberlakuan PJJ dan pembelajaran tatap muka terbatas berakhir. Tugas orang tua di rumah adalah memastikan anak mendapatkan pendidikan yang maksimal. Jangan sampai anak-anak terkena dampak learning loss, seperti kehilangan kebiasaan baik, pudarnya karakter, dan moral yang sudah terbentuk. Untuk itu, mari kita bahu-membahu bersinergi mengondisikan agar anak-anak tetap dapat belajar dengan baik selama belum bisa masuk sekolah secara normal. (*)


Most Read

Artikel Terbaru