28.7 C
Kudus
Sunday, March 26, 2023

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa

KELUARGA merupakan pendidikan pertama bagi siswa. Pendidikan pada sekolah dasar (SD) merupakan lanjutan pendidikan dari keluarga. Untuk mendukung prestasi belajar anak di sekolah, perlu adanya dukungan penuh dari orang tua. Dengan demikian, sebagai orang tua harus dapat memberikan peran yang baik kepada putra-putrinya.

Motivasi belajar adalah sebuah dorongan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi sendiri berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan dorongan dari dalam diri individu yang meliputi, sifat, kebiasaan, kecerdasan, kondisi fisik, dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu meliputi, guru, orang tua, lingkungan belajar, dan sarana prasarana belajar (Widiasworo, 2016: 29).

Motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi belajar intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat adanya dorongan dari luar individu (Nurjan, 2016:158).


Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anaknya. Peran orang tua dalam perkembangan anak, di antaranya sebagai perawat, pelindung, dan pendorong. Peran orang tua dapat dilihat dari pola asuh orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua ketika melakukan kegiatan mendisiplinkan, mendidik, membimbing, dan melindungi anak (Merentek, 2021: 183-188).

Pola asuh dari setiap orang tua siswa tentunya berbeda-beda. Setiap pola asuh yang digunakan orang tua tentunya akan memiliki dampak masing-masing terhadap siswa. Pola asuh yang tepat dapat menumbuhkan pribadi siswa yang baik dan juga sebaliknya.

Ada beberapa jenis pola asuh menurut Hurlock di dalam (Adawiyah, 2017: 33-48), meliputi, pertama, pola asuh permissif. Pola asuh dalam tipe ini merupakan pola asuh yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin anak lakukan, tanpa memberikan pertanyaan terlebih dahulu. Pada pola asuh ini, memberikan kekuasaan yang penuh kepada anak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

Baca Juga :  Dampak Positif Pandemi Covid-19 Terhadap Minat Berolahraga

Pada pola asuh ini, tidak terdapat penuntutan, pengendalian, serta pengontrolan kepada anak. Pola asuh ini, biasanya digunakan orang tua yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dampak dari pola asuh permisif adalah anak nantinya akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kedisiplinan atau mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku di masyarakat. Lain halnya apabila anak dapat menggunakan kebebasan yang diberikan orang tua pada pola asuh ini, secara bertanggung jawab maka anak dapat  menjadi seorang yang mandiri dan kreatif.

Kedua, pola asuh otoriter. Pola asuh tipe ini, pola asuh di mana orang tua memberikan aturan dan batasan yang harus ditaati anak, tanpa memberikan anak kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Pada pola asuh ini, jika anak melakukan kesalahan atau tidak mematuhi peraturan yang dibuat orang tua, maka anak akan diberikan sanksi berupa hukuman. Dampak pola asuh otoriter adalah hilangnya kebebasan pada anak, dan anak akan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.

Ketiga, pola asuh demokratis. Pola asuh tipe ini adalah pola asuh yang dianggap paling baik. Di mana anak akan diberikan penanaman kedisiplinan, tapi dalam penanaman kedisiplinan anak kepada orang tua tetap memberikan kebebasan kepada anak. Pada pola asuh demokratis akan menghendaki adanya diskusi atau koordinasi antara anak dan orang tua, sehingga anak akan menjadi lebih terbuka kepada orang tua.

Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar siswa mendapatkan hasil terbanyak yang digunakan orang tua adalah pola asuh demokratis, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua  terhadap motivasi belajar siswa. (*)


KELUARGA merupakan pendidikan pertama bagi siswa. Pendidikan pada sekolah dasar (SD) merupakan lanjutan pendidikan dari keluarga. Untuk mendukung prestasi belajar anak di sekolah, perlu adanya dukungan penuh dari orang tua. Dengan demikian, sebagai orang tua harus dapat memberikan peran yang baik kepada putra-putrinya.

Motivasi belajar adalah sebuah dorongan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi sendiri berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan dorongan dari dalam diri individu yang meliputi, sifat, kebiasaan, kecerdasan, kondisi fisik, dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu meliputi, guru, orang tua, lingkungan belajar, dan sarana prasarana belajar (Widiasworo, 2016: 29).

Motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi belajar intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat adanya dorongan dari luar individu (Nurjan, 2016:158).

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anaknya. Peran orang tua dalam perkembangan anak, di antaranya sebagai perawat, pelindung, dan pendorong. Peran orang tua dapat dilihat dari pola asuh orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua ketika melakukan kegiatan mendisiplinkan, mendidik, membimbing, dan melindungi anak (Merentek, 2021: 183-188).

Pola asuh dari setiap orang tua siswa tentunya berbeda-beda. Setiap pola asuh yang digunakan orang tua tentunya akan memiliki dampak masing-masing terhadap siswa. Pola asuh yang tepat dapat menumbuhkan pribadi siswa yang baik dan juga sebaliknya.

Ada beberapa jenis pola asuh menurut Hurlock di dalam (Adawiyah, 2017: 33-48), meliputi, pertama, pola asuh permissif. Pola asuh dalam tipe ini merupakan pola asuh yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin anak lakukan, tanpa memberikan pertanyaan terlebih dahulu. Pada pola asuh ini, memberikan kekuasaan yang penuh kepada anak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

Baca Juga :  PTM Terbatas dengan Group Project

Pada pola asuh ini, tidak terdapat penuntutan, pengendalian, serta pengontrolan kepada anak. Pola asuh ini, biasanya digunakan orang tua yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dampak dari pola asuh permisif adalah anak nantinya akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kedisiplinan atau mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku di masyarakat. Lain halnya apabila anak dapat menggunakan kebebasan yang diberikan orang tua pada pola asuh ini, secara bertanggung jawab maka anak dapat  menjadi seorang yang mandiri dan kreatif.

Kedua, pola asuh otoriter. Pola asuh tipe ini, pola asuh di mana orang tua memberikan aturan dan batasan yang harus ditaati anak, tanpa memberikan anak kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Pada pola asuh ini, jika anak melakukan kesalahan atau tidak mematuhi peraturan yang dibuat orang tua, maka anak akan diberikan sanksi berupa hukuman. Dampak pola asuh otoriter adalah hilangnya kebebasan pada anak, dan anak akan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.

Ketiga, pola asuh demokratis. Pola asuh tipe ini adalah pola asuh yang dianggap paling baik. Di mana anak akan diberikan penanaman kedisiplinan, tapi dalam penanaman kedisiplinan anak kepada orang tua tetap memberikan kebebasan kepada anak. Pada pola asuh demokratis akan menghendaki adanya diskusi atau koordinasi antara anak dan orang tua, sehingga anak akan menjadi lebih terbuka kepada orang tua.

Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar siswa mendapatkan hasil terbanyak yang digunakan orang tua adalah pola asuh demokratis, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua  terhadap motivasi belajar siswa. (*)


Most Read

Artikel Terbaru