GURU dalam Falsafah Jawa singkatan dari “digugu lan ditiru“. Digugu artinya guru harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perkataan ataupun ucapannya dan ditiru yang artinya bahwa tingkah laku ataupun perbuatan yang dilakukan guru adalah sebagai contoh atau teladan. Guru merupakan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak (zakiyah drajat). Dalam hal ini orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah. Menuru Ki Hajar Dewantara, guru memiliki tiga peran yaitu di depan memberi teladan (ing ngarso sung tulodho), di tengah membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan dibelakang memberi dukungan (tut wuri handayani).
Di sekolah, guru merupakan orang tua kedua bagi anak-anak didiknya. Sebagaimana tugas orang tua di rumah, guru juga menganggap mereka seperti anaknya sendiri. Karena tugasnya sama, yaitu mendidik anak-anak. Guru adalah cermin dari anak didiknya selain orang tuanya, karena anak tinggal di dua lingkungan yaitu lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Tugas guru disini adalah banyak menumbuhkan karakter dan sifat anak. Mulai dari mengenalkan huruf dan angka, sampai anak bisa membaca dan berhitung serta yang lainnya. Peran guru di sekolah yaitu mendidik, menumbuhkan rasa empati terhadap teman, mengajarkan rasa kebersamaan dan masih banyak lagi. Guru mengayomi dan menganggap anak didiknya seperti anak mereka sendiri. Ketika anak didiknya tidak masuk ditanyakan, jika ada yang bertengkar mampu bersikap adil, jika mempunyai masalah bisa menyelesaikan, jika nakal juga akan di nasehati selayaknya anaknya sendiri. Sejatinya guru bukan saja mendidik tapi untuk merubah sebuah karakter pada peserta didik
Terlebih lagi bagi guru SD, mempunyai tantangan sendiri dalam mendidiknya terutama di kelas rendah. Guru harus extra sabar untuk mendidik dan mendampinginya saat di sekolah. Karakter mereka yang cenderung manja dan menganggap guru mereka adalah pendidik sekaligus pengasuhnya. Apalagi kalau di desa, mereka menganggap gurunya sebaagai ibu kalau gurunya sudah berumur, atau kakaknya apabila masih muda. Mereka suka bergelayut manja kepada gurunya saat menyetorkan tugasnya. Kadang juga tersenyum sendiri melihat tingkah laku mereka. Tapi dengan senang hati dan ikhlas, guru akan melayaninya. Itulah mengapa profesi guru sangatlah menyenangkan apabila dillaksanankan dengan tulus ikhlas. Menikmati proses tumbuh pada anak didik kita di sekolah dengan berbagai macam karakternya. Apapun profesinya, kalau dijalankan dengan sepenuh hati dan mencintai profesi tersebut maka hasilnya akan sesuai dengan harapan kita.
Jadi, kita sebagai orang tua di rumah harus menghargai perjuangan seorang guru. Karena mereka menganggap anak-anak kita sebagai anaknya sendiri. Apabila anak melakukan kesalahan, pasti bapak ibu Guru pasti akan menegurnya. Karena itu tanda kasih sayang guru kepada muridnya. Tidak akan membiarkan muridnya melakukan kesalahan yang mungkin akan membuat mereka menyesalinya di kemudian hari. Semoga tidak ada lagi laporan orang tua untuk guru yang menghukum muridnya dengan cara yang mungkin di anggap salah oleh mereka. (*)