PATI – Warga Desa Tlogorejo antusias mengikuti acara Ngruwahi Sewu Apem, acara itu menjadi tradisi menyambut bulan Ramadan. Sekaligus menjadi rangkaian dari even Festival Banyu Tlaga 2023 yang digelar desa tersebut.
Kue apem memiliki makna tersendiri dalam perayaan ini, karena kata apem sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu “afuan” atau “afuwwun” yang berarti pengampunan dimana dalam arakan apem ini mengandung permintaan pengampunan sebelum memasuki bulan Ramadan. Ngruwahi sewu apem ini penuh sesak oleh masyarakat yang secara tertib berebut apem, yang telah didoakan dan dibacakan sholawat bersama.
Ngruwahi sewu apem dilakukan dengan mengarak sebanyak 1.000 kue apem dari belik Bunton menuju Telaga yang terdapat di kompleks balai desa Tlogorejo. Menurut legenda Desa Tlogorejo, Belik Bunton merupakan tempat kepala naga berada dimana ekornya ada di telaga yang ada di Balai Desa Tlogorejo.
Ketua karang taruna sekaligus panitia kegiatan, Syamsul Huda mengungkapkan, berangkat dari legenda itulah rute arakan sewu apem itu berlangsung. Dalam arakan itu juga apem ditempelkan di replika naga sebagai perlambang lestarinya budaya di Desa Tlogorejo. Kegiatan ini ditujukan untuk persiapan menjelang Ramadan.
“Selain itu juga rute arakan 1000 apem disinergiskan dengan kebudayaan desa dalam festival Banyu Tlaga 2023 sebagai wujud revitaliasi desa dengan memahami asal mulanya. Maka kemudian rute yang diambil sama dengan legenda yang berkembang di masyarakat Desa Tlogorejo,” jelasnya.
Rangkaian kegiatan Festival Banyu Tlaga sendiri selain ngruwahi sewu apem juga dilaksanakan kegiatan Bedah Telaga, Dhudah (Bedah) Sejarah Tlogowungu, dan Panggung Seni Ruwahan yang diisi oleh pelajar, seniman lokal desa, dan seniman-seniman dari Pati.
Rangkaian Festival Banyu Tlaga ini memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran kembali tentang asal mula desa Tlogorejo terkait keberadaan telaga-telaga di kawasan ini dan pohon wungu dimana dengan hal tersebut untuk mempertegas identitas daerah sebagai modal untuk melakukan pembangunan ke depannya yang sesuai dengan potensi dan karakter dari masyarakat Desa Tlogorejo.
“Spirit pembangunan dengan kesadaran tersebut akan menjadi wujud cinta yang menjadi modal penting untuk melakukan penataan dan pembangunan di desa. Keberadaan kegiatan-kegiatan budaya seperti Festival Banyu Tlaga akan membawa manfaat penting terutama untuk menyambung tali silaturahmi masyarakat Tlogorejo untuk nyengkuyung bareng desa untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran bersama,” pungkasnya. (aua/him)