24.3 C
Kudus
Friday, March 31, 2023

Lima Kecamatan di Pati Masuk Zona Merah Kasus HIV/AIDS, Mana Saja?

PATI – Pandemi covid-19 permasalahan HIV-AIDS kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Penangan penyakit menular itu minim karena perhatian pemerintah fokus pada covid-19.

”Kurang diperhatikan di masa pendemi. Lantaran fokus pemerintah lebih ke pandemi Covid-19. Sementara penanganan HIV/Aids tertunda,” ujar Bupati Pati Haryanto.

Kasus HIV di Kabupaten Pati merata di kecamatan. Tidak ada nol kasus HIV. Peta persebaran kasusnya terdapat lima zona merah, empat zona hijau, dan 12 kecamatan zona kuning. Kecamatan Pati kota termasuk zona merah.


Selain Pati kota, terdapat empat kecamatan berstatus zona merah HIV. Yaitu, Margorejo, Jakenan, Juwana, dan Batangan.

Dikatakan zona merah jika terdapat lebih dari 10 kasus HIV tiap kecamatan. Untuk zona kuning lima hingga 10 kasus. Kemudian zona hijau kurang dari lima kasus HIV.

”Tiga tahun terakhir (2019-2021) terdapat 573 kasus reaktif. Lalu 137 orang meninggal karena HIV. Memang Pati ini tidak ada zero kasus HIV,” ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) pada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, Joko Leksono W.

Baca Juga :  Terungkap, Ini Pelaku Pembuangan Bayi di Pati

Sementara itu, Bupati Pati Haryanto menambahkan, adanya pandemi covid-19 ini, penyakit yang dulunya perhatian (HIV dan TBC) seolah-olah lenyap. Sudah lama tidak terangkat.

”Ini sangat penting untuk dibahas. Karena Pati ini kategori kabupaten nomor dua di Jateng. Dari 21 kecamatan yang berzona hijau hanya empat. Forum kesehatan kecamaan harap dimasifkan,” ujarnya.

Padahal itu juga menjadi ancaman. Menurutnya, ini perlu diperbincangkan bagiamana solusi kedepannya. ”Kami akan melakukan pemeriksaan calon pengatin di kecamatan. Lalu akan membuat Perbub. Semisal orang sudah terjangkir HIV, akan dipantau. Rutin untuk minum obat. Soalnya, kalau tidak rutin nanti habis. Semakin kurus,” jelasnya.

Dia menyinggung soal penutupan Lorong Indah (LI). Itu bagian dari upaya pencegahan penularan HIV. ”Disana sana sarangnya. Sering ganti pasangan. Mereka tidak tahu kesehatan. Hanya memburu uang,” katanya. (adr)


PATI – Pandemi covid-19 permasalahan HIV-AIDS kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Penangan penyakit menular itu minim karena perhatian pemerintah fokus pada covid-19.

”Kurang diperhatikan di masa pendemi. Lantaran fokus pemerintah lebih ke pandemi Covid-19. Sementara penanganan HIV/Aids tertunda,” ujar Bupati Pati Haryanto.

Kasus HIV di Kabupaten Pati merata di kecamatan. Tidak ada nol kasus HIV. Peta persebaran kasusnya terdapat lima zona merah, empat zona hijau, dan 12 kecamatan zona kuning. Kecamatan Pati kota termasuk zona merah.

Selain Pati kota, terdapat empat kecamatan berstatus zona merah HIV. Yaitu, Margorejo, Jakenan, Juwana, dan Batangan.

Dikatakan zona merah jika terdapat lebih dari 10 kasus HIV tiap kecamatan. Untuk zona kuning lima hingga 10 kasus. Kemudian zona hijau kurang dari lima kasus HIV.

”Tiga tahun terakhir (2019-2021) terdapat 573 kasus reaktif. Lalu 137 orang meninggal karena HIV. Memang Pati ini tidak ada zero kasus HIV,” ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) pada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, Joko Leksono W.

Baca Juga :  Bupati Pati Beri Motivasi untuk Atlet yang Akan Berlaga di Porprov 2023

Sementara itu, Bupati Pati Haryanto menambahkan, adanya pandemi covid-19 ini, penyakit yang dulunya perhatian (HIV dan TBC) seolah-olah lenyap. Sudah lama tidak terangkat.

”Ini sangat penting untuk dibahas. Karena Pati ini kategori kabupaten nomor dua di Jateng. Dari 21 kecamatan yang berzona hijau hanya empat. Forum kesehatan kecamaan harap dimasifkan,” ujarnya.

Padahal itu juga menjadi ancaman. Menurutnya, ini perlu diperbincangkan bagiamana solusi kedepannya. ”Kami akan melakukan pemeriksaan calon pengatin di kecamatan. Lalu akan membuat Perbub. Semisal orang sudah terjangkir HIV, akan dipantau. Rutin untuk minum obat. Soalnya, kalau tidak rutin nanti habis. Semakin kurus,” jelasnya.

Dia menyinggung soal penutupan Lorong Indah (LI). Itu bagian dari upaya pencegahan penularan HIV. ”Disana sana sarangnya. Sering ganti pasangan. Mereka tidak tahu kesehatan. Hanya memburu uang,” katanya. (adr)


Most Read

Artikel Terbaru