PATI – Pendapatan asli daerah (PAD) pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati mengalami kenaikan pada 2022 ini. Pada tahun lalu target PAD sebesar Rp 7,5 miliar. Sedangkan untuk tahun ini mencapai Rp 9,5 M.
Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Disdagperin, capaian PAD ini tak mencapai target tahun lalu. Namun, pihaknya ada kenaikan target pada 2022 ini. Meski demikian, pihaknya mengaku tetap optimis pada kenaikan target tersebut.
”Tetap optimis. Tahun ini target naik cukup lumayan. Dari Rp 7,5 M menjadi Rp 9,5 M tahun ini. Kami merencanakan inovasi-inovasi dan potensi untuk tembus target,” tegas Kepala Disdagperin Pati Hadi Santosa.
Pihaknya mengandalkan pendapatan pasar milik daerah untuk penuhi target tersebut. Meskipun ada sumber pendapatan lain namun itu tidak seberapa dibandingkan dari pasar.
”Pati yang kami kelola ada 20 pasar. Selain itu, dibawah kami ada penyedia metrologi untuk peralatan pasar seperti timbangan/alat ukur. Kemudian ada sewa-sewa lahan yang digunakan pihak ketiga. Tapi yang paling besar pada pasar,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 menjadi dampak tersendiri dari pemenuhan capaian target tersebut. Lanjut dia, adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pedagang pasar mengalami kesulitan untuk membayar retribusi pasar.
”Salah satunya karena pandemi. Terutama pedagang pasar. Pendapatan dari pemakaian kios dan los menurun,” ucapnya. (him)
Reporter: Andre Faidhil Falah
PATI – Pendapatan asli daerah (PAD) pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati mengalami kenaikan pada 2022 ini. Pada tahun lalu target PAD sebesar Rp 7,5 miliar. Sedangkan untuk tahun ini mencapai Rp 9,5 M.
Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Disdagperin, capaian PAD ini tak mencapai target tahun lalu. Namun, pihaknya ada kenaikan target pada 2022 ini. Meski demikian, pihaknya mengaku tetap optimis pada kenaikan target tersebut.
”Tetap optimis. Tahun ini target naik cukup lumayan. Dari Rp 7,5 M menjadi Rp 9,5 M tahun ini. Kami merencanakan inovasi-inovasi dan potensi untuk tembus target,” tegas Kepala Disdagperin Pati Hadi Santosa.
Pihaknya mengandalkan pendapatan pasar milik daerah untuk penuhi target tersebut. Meskipun ada sumber pendapatan lain namun itu tidak seberapa dibandingkan dari pasar.
”Pati yang kami kelola ada 20 pasar. Selain itu, dibawah kami ada penyedia metrologi untuk peralatan pasar seperti timbangan/alat ukur. Kemudian ada sewa-sewa lahan yang digunakan pihak ketiga. Tapi yang paling besar pada pasar,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 menjadi dampak tersendiri dari pemenuhan capaian target tersebut. Lanjut dia, adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pedagang pasar mengalami kesulitan untuk membayar retribusi pasar.
”Salah satunya karena pandemi. Terutama pedagang pasar. Pendapatan dari pemakaian kios dan los menurun,” ucapnya. (him)
Reporter: Andre Faidhil Falah