Muliandri, Nazif Ayani, dan Ratnawati sudah sampai Bangkok dalam upaya menuju Makkah setelah berangkat dari Payakumbuh. Persiapan sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, baik fisik, psikis, maupun dokumen.
M. FAJAR RILLAH VESKY, Payakumbuh
—
LIMA belas hari sudah mereka melakukan perjalanan. Bangkok, Thailand, sudah diinjak kini. Tapi, tujuan akhir ke Tanah Suci Makkah masih jauh.
’’Mohon maaf, nanti saja wawancaranya. Sebab, saya sedang mengurus pengiriman sepeda motor ke kapal,” kata Muliandri kepada Padang Ekspres ketika tanah air belum ditinggalkan
Ketika itu, Kamis (11/5) siang dua hari setelah meninggalkan kampung halaman di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, bersama Nazif Ayani, dan Ratnawati, dengan tujuan berhaji mengendarai motor, Muliandri masih berada di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara. Sebuah perjalanan yang mahaberat dan penuh risiko.
Apalagi di usia mereka yang sudah di atas 50 tahun semua. Muliandri sudah 52 tahun, Ratnawati tiga tahun lebih tua, sedangkan Nazif malah 59 tahun. Tapi, justru faktor usia ini yang mendorong ketiga wiraswastawan itu untuk pergi ke Tanah Suci melewati sepuluh negara Asia.
’’Kalau berangkat menunggu daftar antre haji pemerintah itu bisa 30 sampai 40 tahun. Sedangkan umur saya sudah kepala lima. Lagian, biayanya juga gede,” kata Ul, sapaan akrab Muliandri.
Ul, Nazif, dan Ratnawati sama-sama warga Kelurahan Tigo Koto Diateh, Payakumbuh Utara. Dari Payakumbuh, mereka langsung ke Pekanbaru, Riau. Lalu lanjut ke Tanjung Balai Asuhan, Sumatera Utara.
Pada Kamis siang ketika Padang Ekspres mengontak, dua sepeda motor Yamaha NMax yang mereka kendarai sudah duluan naik kapal barang untuk dikirim ke Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan mereka baru menyusul keesokan harinya, juga naik kapal ke negeri jiran tersebut.
Kamis malamnya, lewat percakapan yang diselingi koneksi seluler yang putus nyambung, Ul tetap semangat bercerita. Dia mengaku termotivasi naik haji dengan sepeda motor atau melakukan perjalanan haji ala backpacker karena panggilan ke Masjidilharam yang selalu datang setiap saat.
”Panggilan Yang Satu (Allah SWT) untuk datang ke Masjid Haram selalu datang setiap saat. Dan rasanya semakin hari semakin kuat,” ujarnya.
Mereka bertiga meyakini, naik haji dengan sepeda motor akan lebih simpel. Namun, memang membutuhkan keahlian khusus dan persiapan yang matang.
Ul sendiri sudah melakukan persiapan naik haji dengan mengendarai sepeda motor sejak Desember tahun lalu. Selain persiapan batin dan fisik, mempersiapkan pula surat-surat atau dokumen perjalanan yang dibutuhkan.
”Untuk negara-negara di ASEAN, perjalanan memang tidak lagi membutuhkan visa, cukup dengan paspor. Namun, ada beberapa negara di luar ASEAN yang kalau masuk ke negaranya itu membutuhkan visa,” katanya.
Karena mereka backpacker, lanjut Ul, jadwal perjalanan tak bisa dipastikan. ’’Maka, untuk negara-negara yang membutuhkan visa, kami urus nanti, di perbatasan masuk negara tersebut,” ucap Ul.