25 C
Kudus
Tuesday, June 6, 2023

Menko Airlangga: Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Sangat Baik

JAKARTA Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diyakini telah berada di track yang benar. Hal ini terlihat pada beberapa leading indicator perekonomian yang membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia. Penanganan krisis kali ini, juga lebih baik dari pada penanganan krisis sebelumnya pada 1997-1998 dan 2008.

Dari upaya akselerasi pelaksanaan vaksinasi, hingga 31 Desember 2021 pukul 18.00 tercatat dari 208,26 juta target vaksinasi dosis I dan dosis II telah divaksinasi dosis I kepada 161,32 juta penduduk atau 77,46 persen dari target vaksinasi dosis II kepada 113,85 juta penduduk atau 54,67 persen dari target. Sementara itu, untuk vaksinasi dosis III telah diberikan kepada 1,29 juta penduduk atau 87,75 persen dari target. Upaya vaksinasi juga telah diperluas dan diakselerasi bagi kelompok anak-anak usia 6 hingga 11 tahun.

Dari sisi pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sudah berada di atas 100, yakni pada angka 118,5. Ekspor Indonesia pada kuartal ke-3 2021 naik 29,16 persen. Sedangkan impor naik 30,11 persen. Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi, di atas USD 140 miliar dan neraca perdagangan secara akumulatif surplus USD 34,32 miliar.


”Penanganan krisis akibat Covid-19 dalam satu tahun sudah bisa recover, sehingga ini memberikan sinyal bahwa fundamental ekonomi kita masih sangat baik,” tutur Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Special Report Berita Satu TV (31/12/2021) lalu.

Hal ini juga diakui World Bank, yang menilai saat ini Indonesia memiliki Kebijakan Fiskal yang prudent dan juga memiliki Kebijakan Moneter yang tepat. Termasuk reformasi struktural yang dilakukan secara massif, sehingga dapat menarik investor.

Baca Juga :  Kemendag: Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang Cetak Transaksi USD 12 Juta

”Dibandingkan dengan berbagai emerging countries, Indonesia juga stand out, karena tiga kebijakan tersebut,” lanjut Menko Airlangga.

Menko mengatakan, kembalinya indeks saham menjadi suatu hal yang sangat positif. Apalagi sebagian besar nasabahnya adalah sektor retail atau individual. ”Sehingga pasca-Covid-19 ini, pasar modal secara struktur lebih kuat. Kemudian ditambah lagi kita sudah punya Sovereign Wealth Fund yang diberi modal oleh pemerintah. Ini yang menjadi buffer bagi capital market ke depan,” ujar Menko Airlangga.

Terkait dengan investasi, beberapa hal yang dilakukan pemerintah dalam proyek strategis nasional telah mendorong masuknya investasi lebih dari Rp 5 ribu triliun. Sementara dalam pengembangan kawasan ekonomi khusus, terutama di sektor yang pertumbuhannya tinggi selama pandemi, seperti Nongsa Digital Park, termasuk juga di sektor renewable energy, seperti solar farm, juga banyak diminati investor.

Terkait dengan kebijakan The Fed, Menko Airlangga menegaskan, Indonesia masih memiliki buffer untuk menahan karena selama ini tingkat suku bunga di Indonesia relatif deltanya tinggi. ”Jadi kita harus tetap berbasis pada fundamental yang sifatnya regional sentimen,” kata Airlangga.

Sementara itu, adanya Forum G-20 di Indonesia diharapkan akan efektif memacu tenaga kerja hingga konsumsi. Forum ini akan memberikan multiplier effect yang besar bagi Indonesia dan mempekerjakan sekitar 33 ribu pekerja di sektor Horeka dan event untuk kegiatan tersebut.

”Presidensi G-20 Indonesia ini, diharapkan domestik impact-nya lebih tinggi dari pertemuan IMF dan World Bank di Bali 2018 lalu,” harapnya. (ltg/fsr/adv)

JAKARTA Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diyakini telah berada di track yang benar. Hal ini terlihat pada beberapa leading indicator perekonomian yang membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia. Penanganan krisis kali ini, juga lebih baik dari pada penanganan krisis sebelumnya pada 1997-1998 dan 2008.

Dari upaya akselerasi pelaksanaan vaksinasi, hingga 31 Desember 2021 pukul 18.00 tercatat dari 208,26 juta target vaksinasi dosis I dan dosis II telah divaksinasi dosis I kepada 161,32 juta penduduk atau 77,46 persen dari target vaksinasi dosis II kepada 113,85 juta penduduk atau 54,67 persen dari target. Sementara itu, untuk vaksinasi dosis III telah diberikan kepada 1,29 juta penduduk atau 87,75 persen dari target. Upaya vaksinasi juga telah diperluas dan diakselerasi bagi kelompok anak-anak usia 6 hingga 11 tahun.

Dari sisi pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sudah berada di atas 100, yakni pada angka 118,5. Ekspor Indonesia pada kuartal ke-3 2021 naik 29,16 persen. Sedangkan impor naik 30,11 persen. Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi, di atas USD 140 miliar dan neraca perdagangan secara akumulatif surplus USD 34,32 miliar.

”Penanganan krisis akibat Covid-19 dalam satu tahun sudah bisa recover, sehingga ini memberikan sinyal bahwa fundamental ekonomi kita masih sangat baik,” tutur Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Special Report Berita Satu TV (31/12/2021) lalu.

Hal ini juga diakui World Bank, yang menilai saat ini Indonesia memiliki Kebijakan Fiskal yang prudent dan juga memiliki Kebijakan Moneter yang tepat. Termasuk reformasi struktural yang dilakukan secara massif, sehingga dapat menarik investor.

Baca Juga :  Ayo Tegakkan Empat Pilar Kebangsaan Bro

”Dibandingkan dengan berbagai emerging countries, Indonesia juga stand out, karena tiga kebijakan tersebut,” lanjut Menko Airlangga.

Menko mengatakan, kembalinya indeks saham menjadi suatu hal yang sangat positif. Apalagi sebagian besar nasabahnya adalah sektor retail atau individual. ”Sehingga pasca-Covid-19 ini, pasar modal secara struktur lebih kuat. Kemudian ditambah lagi kita sudah punya Sovereign Wealth Fund yang diberi modal oleh pemerintah. Ini yang menjadi buffer bagi capital market ke depan,” ujar Menko Airlangga.

Terkait dengan investasi, beberapa hal yang dilakukan pemerintah dalam proyek strategis nasional telah mendorong masuknya investasi lebih dari Rp 5 ribu triliun. Sementara dalam pengembangan kawasan ekonomi khusus, terutama di sektor yang pertumbuhannya tinggi selama pandemi, seperti Nongsa Digital Park, termasuk juga di sektor renewable energy, seperti solar farm, juga banyak diminati investor.

Terkait dengan kebijakan The Fed, Menko Airlangga menegaskan, Indonesia masih memiliki buffer untuk menahan karena selama ini tingkat suku bunga di Indonesia relatif deltanya tinggi. ”Jadi kita harus tetap berbasis pada fundamental yang sifatnya regional sentimen,” kata Airlangga.

Sementara itu, adanya Forum G-20 di Indonesia diharapkan akan efektif memacu tenaga kerja hingga konsumsi. Forum ini akan memberikan multiplier effect yang besar bagi Indonesia dan mempekerjakan sekitar 33 ribu pekerja di sektor Horeka dan event untuk kegiatan tersebut.

”Presidensi G-20 Indonesia ini, diharapkan domestik impact-nya lebih tinggi dari pertemuan IMF dan World Bank di Bali 2018 lalu,” harapnya. (ltg/fsr/adv)


Most Read

Artikel Terbaru