KUDUS – Tim Penelitian Kerja sama antar Perguruan Tinggi (PKPT) Universitas Muria Kudus (UMK) berhasil merancang alat system Wireless Sensor Network (WSN) untuk monitoring kualitas udara. Kegiatan ini menggandeng Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.
Penelitian didanai oleh Kemenristek Dikti/BRIN-RI tahun anggaran 2021. Tergabung dalam tim PKPT adalah Mukhamad Nurkamid, S.Kom, M.Cs dari Program Studi Teknik Informatika (ketua tim) dan Anteng Widodo, S.T, M.Kom., dari Program Studi Sistem Informasi.
Menurut ketua tim PKPT Mukhamad Nurkamid, S.Kom, M.Cs., tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan wireless sensor network sebagai sistem monitoring kondisi udara dengan menggunakan internet. Sehingga bisa memantau kondisi udara secara real time dan bersamaan dari beberapa titik lokasi.
“Lingkup penelitian ini adalah beberapa lokasi yang padat kendaraan di kota Kudus. Dengan menggunakan media internet untuk memantau kondisi lingkungan sekitar secara real time,” ungkapnya.
“Data yang diterima WSN langsung dikirim ke-web server melalui pembacaan node-node sensor. Sehingga bisa mengetahui keadaan sekitar dan mampu mengontrol keadaan kelembaban dan suhu. Juga mengetahui kadar gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2) dan curah hujan,” Jelasnya.
Dia juga menambahkan, salah satu manfaat alat ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak pencemaran udara. Kususnya yang diakibatkan oleh banyaknya kendaraan bermotor di kota Kudus.
Menurutnya, pemantauan kondisi udara pada lokasi-lokasi yang padat kendaraan bermotor perlu dilakukan secara realtime. Sehingga bisa diketahui secara berkesinambungan, apakah kondisi udara di kota Kudus ini masih memenuhi ambang batas atau sudah melampaui ambang batas yang diperkenankan.
Dengan menggunakan patokan ambang batas baku mutu udara dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Komponen yang akan digunakan untuk monitoring kualitas udara, diantaranya modul mikrokontroler ESP-WROOM32, sensor-sensor seperti sensor karbon dioksida (MQ153), sensor karbon monoksida (MQ9), sensor suhu dan kelembaban (DHT22).
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat membantu pencegahan pencemaran lingkungan. Khususnya pencemaran udara yang disebabkan karena asap kendaraan bermotor.
Selain itu, diharapkan pengambil kebijakan maupun dinas terkait juga bisa memanfaatkan teknologi aplikasi wireless sensor network.
“Dengan mengetahui secara realtime, diharapkan kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk menjaga kelestarian lingkungan,” pungkasnya. (lia)