KUDUS – Meredanya pandemi Covid-19 di Kudus membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus ancang-ancang mendongkrak roda perekonomian. Satu di antaranya menggaet investor. Sebab, dengan cara itu akan ada pembangunan yang akan menyerap tenaga kerja. Juga menggerakkan perekonomian.
Bupati Kudus HM. Hartopo menjelaskan, tak bisa dimungkiri bahwa selama pandemi Covid-19 perekonomian mengalami inflasi. Dengan begitu, perlu suntikkan modal untuk membuat perekonomian kembali bergeliat.
”Mau tidak mau ya harus menggaet investor. Kalau mengandalkan APBD berat. Sebab, banyak anggaran yang tere-focusing untuk penanganan pandemi Covid-19,” terangnya.
Terlebih, Hartopo menilai banyak lahan-lahan milik pemkab mangkrak dan terlantar. Sehingga tidak produktif. Karena hingga kini belum dilirik investor.
”Pandemi ini kan sudah landai. Artinya ada kelonggaran-kelonggaran dalam perekonomian, sehingga upaya membangun kembali perekonomian bisa lebih dimaksimalkan,” jelasnya.
Upaya yang telah ditempuh sejauh ini, Pemkab Kudus tengah merampungkan Perda Tata Ruang untuk mempermudah investasi masuk. Harapannya bisa menarik minat investor. Namun tetap dengan aturan yang dianjurkan.
”Seperti amanah Pak Jokowi, investor harus dipermudah izinnya. Jangan berbelit-belit. Yang penting tidak menabrak aturan-aturan yang ada,” tegasnya.
Salah satu lahan yang belum tersentuh yakni lahan eks Matahari yang sudah rata dengan tanah. Karena telah rampung proses pembongkaran gedung. Namun, hingga kini tempat tersebut belum jelas bakal peruntukannya.
”Kami memberikan ruang bagi investor luar daerah untuk ke sini (Kudus, Red). Tidak pandang bulu. Semua memiliki hak yang sama,” terangnya.
Data dari Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kudus menunjukkan, realisasi investasi di Kota Kretek hingga Agustus 2021 baru 50 persen. Yakni senilai Rp 3,5 trilun dari total target yang diinginkan Rp 7 triliun.
Sementara pada sektor usaha kecil, DPMPTSP Kudus mencatat jumlah, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Kudus tumbuh sebesar 300 persen. Atau muncul sekitar 1.800 UMKM baru selama masa pandemi Covid-19. Mayoritas usaha sektor kuliner. (lin)