KUDUS – Warg Desa Megawon, Kecamatan Jati berbondong-bondong menuju lapangan dengan menenteng jeriken. Mereka membeli minyak goreng curah dengan harga Rp 14 ribu per liter. Untuk mendapatkan minyak goreng itu mereka rela antre 1,5 jam.
Seperti Kayati, warga RT 6 RW 1, Desa Megawon, Jati mengatakan antre minyak goreng curah sejak pukul 15.00 dan selesai mendapatkan minyak pukul 16.30. Ia rela antre karena harga murah. Selama ini Kayati membeli minyak goreng kemasan dengan harga Rp 26 ribu per liter.
“Mau pindah ke minyak curah barangnya tidak ada, ya terpaksa harga kemasan yang mahal. Karena tidak ada harga murah sekarang. Ini desa ada jual minyak goreng curah murah jadi saya beli, lima liter sesuai ketentuan,” ujarnya.
Sampai pukul 17.15 antrean masih panjang, namun para ibu-ibu tetap rapi dan sabar menunggu giliran demi dapat minyak goreng curah murah. Meski mendekati waktu buka puasa, mereka tetap memilih antre, pantang menyerah untuk minyak goreng.
Kepala Desa Megawon Norazag, yang berada di lokasi dan memantau kondisi antrean, mengatakan ini merupakan operasi pasar dan inisiatif dari desa. Sebab, minyak goreng kemasan mahal dan curah kosong memberatkan warga.
”Ya, kami menggandeng distributor minyak goreng curah dari Solo. Disediakan 8.000 liter, namun kami bagi dua tempat. Agar tidak terjadi kerumunan, lokasi pertama di lapangan Megawon dan kedua di Nongki-Nongki,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pembelian dibatasi maksimal lima liter dan bagi warga sekitar boleh ikut antre selama persediaan masih ada. Menurutnya, jelang Lebaran kebutuhan minyak goreng sangat tinggi, sehingga operasi pasar ini sangat membantu mereka.
”Biasanya buat jajanan Lebaran sendiri, jadi minyak goreng ini sangat dibutuhkan. Kami tetap ada petugas keamanan untuk mengatur dan menertibkan antrean. Alhammdulillah, masyarakat antre dengan sabar sampai menunggu giliran,” terangnya.
Ditambahkan, minyak goreng curah langka di pasaran, adanya minyak goreng kemasan itupun harga cukup mahal, diatas Rp 23 ribu per liter. Sehingga, masyarakat yang kurang mampu kesulitan untuk membeli. Untuk itu, desa mencoba mengirimkan proposal ke distributor yang ada di Solo dan bisa terealisasi kemarin. (san/war)