KUDUS – Pasar Desa Jepang digadang-digadang menjadi pilot project menuju desa mandiri. Proyek tersebut diharapakan mampu menumbuhkan ekonomi masyarakat sekaligus menjadi pasar percontohan di desa-desa.
Pembangunan Pasar Desa Jepang ini masih berlangsung hingga kemarin. Progresnya 70 persen. Sementara pantauan di lapangan kontruksi baja penyangga sudah berdiri.
Pada kesempatan kemarin, Ketua DPRD Kudus Masan bersama anggota dewan meninjau pelaksanaan pasar Desa Jepang itu.
Masan menyebut, pembangunan pasar Desa Jepang dirasa harus ditiru dan dikembangkan di wilayah lain. Sekaligus dijadikan pilot projek bagi desa lain, dengan melakukan studi banding ke Desa Jepang.
Melihat anggaran pembangunan, kata dia, ada kolabarosi yang apik. Pemkab Kudus memberi anggaran melalui bantuan keuangan dan desa menganggarkan melalui APBDes.
“Pendapatan asli desa yang mencapai Rp 750 juta per tahun melalui pasar. Ini bisa menjadikan desa mandiri dan akan menciptkan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.
Masan juga akan mendukung dalam penyempurnaan pasar. Salah satunya penyedian infrastruktur jalan pasar, instalasi listrik, keamanan, dan lainnya. Dengan begitu pasar Jepang bisa menjadi pasar percontohan.
Pihaknya berharap, pemdes dan pelaku usaha bisa menciptapkan sitem gotong royong dan kesepakatan bersama pada pengelolan pasar. Agar penatannya tertata dan terawat.
“Pemkab hanya memberi Rp 2 miliar hasilnya luar biasa. Kalau tahun ini selesai, tahun berikutnya bisa lengkap sarananya,” harapnya.
Kepala Desa Jepang Indarto menyebut pasar tersebut bisa menampung 300 pedagang lama. Nantinya pedagang itu ditata dan dikelompokan sesuai dagangan yang dijual. “Targetnya pertengahan Oktober pedagang bisa menempati pasar,” terangnya.
Pembangunan Pasar Desa Jepang dilakukan secara bertahap. Pembangunan saat ini berfokus pada penyediaan sarana los bagi pedagang dulu. Sementara kelengkapan sarana lainnya dibangun melihat kebutuhan anggaran yang tersedia.
Nilai pembangunan pasar Jepang awalnya diperkirakan Rp 6,7 miliar. Namun melihat ketersedian anggaran, pembangunan pasar dianggarkan sebesar Rp 3,2 miliar.
“Anggaran itu bersumber dapat Bankeu dari Rp 2 miliar, sisanya dari Dana desa dan PAD,” katanya.
Pihaknya memperkirakan, PAD pasar Jepang mencapi Rp 750 hingga Rp 800 juta per tahun.
Terkait luas bangunan, bagian depan pasar mencapai 3 ribu meter, samping kiri kanan 400 meter, dan sisi belakang 300 meter. Melihat keterbatasan tempat, pihaknya belum bisa mengakomodir pedagang baru nantinya. (mal)