KUDUS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus gagal merelokasi pedagang sayur pagi Pasar Bitingan Minggu (5/2) malam. Padahal, para pedagang sudah diberi tenggang waktu empat hari dari relokasi pertama, Rabu (1/2) lalu.
Minggu malam, petugas disiagakan di sekitar Pasar Bitingan atau sekitar area eks-Matahari Departemen Store (MDS). Tugas mereka menghalau truk sayur yang akan masuk Pasar Bitingan.
Selain itu water barier berwarna orange dijejer. Menutup akses jalan di pos polisi depan Tugu Identitas. Dijaga petugas dari Dinas Perhubungan dua orang, Satpol PP dua orang, dan polisi dua orang.
Water barrier juga dipasang di depan Kudus Extention Mal (KEM) dekat dengan perempatan kecil SPBU A Yani. Dua polisi berjaga di lokasi itu.
Wartawan koran ini mencobali lewat di depan KEM pukul 21.30 Minggu (5/2). Kendaraan pikap maupun truk dilarang masuk, hanya sepeda motor yang diperbolehkan masuk. Lewat sisi kanan dan kiri pembatas. Mobil tidak bisa masuk karena posisi water barier terletak di tengah-tengah jalan.
Waktu itu belum terlihat truk pengangkut sayur di sekitar lokasi.
Itu berbeda dengan relokasi kali pertama. Truk parkir di SPBU A Yani. Minggu (5/2) tidak ada truk sayur yang parkir.
Kemudian, suasana di lapangan eks-MDS ke arah barat sampai depan Pasar Bitingan tidak ada pedagang yang menggelar lapak. Perjalanan dilanjutkan menuju lokasi relokasi yakni Pasar Barang Bekas (Babe).
Sepanjang perjalanan tidak ada penjagaan seperti di sekitar Pasar Bitingan. Hingga, sampai masuk Pasar Babe. Sudah ada sekitar lima pedagang sayur sudah memarkir mobil bak terbukanya di dalam Pasar Babe.
Ada juga beberapa pedagang yang tengah sibuk mendirikan tenda. Karena cuaca mendung dan suara petir bergemuruh.
Untuk penjagaan di Pasar Babe tidak terlalu ketat, hanya dikerahkan petugas dari Dinas Perdagangan kurang lebih sepuluh orang dan kepolisian dua orang. Selebihnya, penjaga Pasar Babe.
Di lokasi itu ada penjual angkringan dan pembeli yang sengaja nongkrong untuk melihat proses pindahan pedagang sayur.
Suasan di Pasar Babe tidak terlalu ramai. Layaknya ada pindahan pasar. Pedagang yang tibas justru tidak langsung menurunkan dagangannya. Mereka terlihat saling menunggu pedagang lain.
Mobil pikap yang datang ke Pasar Babe kurang lebih empat. Dan satu truk bekerudung terpal. Sayur mayurnya yang terlihat ada tomat, bayam, kangkung, kol, dan onclang.
Pukul 22.00 kemudian datang lagi mobil pikap bak terbuka membawa sayuran wortel dan tomat. Disusul lagi mobil pengangkut sayur lainnya. Yang sudah masuk di Pasar Babe sekitar 10 kendaraan.
Berdasarkan informasi dari orang-orang yang berada di Pasar Babe. Sekitar pukul 20.25 dilakukan bancaan Manaqib di halaman yang diperuntukkan pedagang sayur.
Dihadiri Plt Kepala Dinas Perdagangan Kudus Djatmiko Muhadi, Sekdin Andy Imam Santoso dan tokoh agama.
Tak lama berselang, pukul 22.10, mendapatkan informasi kalau ada kericuhan protes warga dan tukang parkir di sekitar Pasar Bitingan.
Djatmiko, yang didampingi Kabid Pengelolaan Pasar dan Kepala Satpol PP Kholid Seif diprotes agar tidak menghalang-halangi truk sayur yang mengirim barang ke dalam Pasar Bitingan.
Mereka saling teriak dan meminta untuk petugas membuka water barrier di sisi barat. Aparat kepolisian berdatangan mengamankan situasi yang memanas. Bahkan, mereka yang protes sempat berbondong-bondong menaiki kendaraan menuju Tanggulangin. Mereka mengarahkan truk-truk sayur masuk ke Pasar Bitingan.
”Pokoknya truk sayur harus masuk ke Pasar Bitingan. Tidak boleh ada yang masuk ke Pasar Babe,” salah satu orang laki-laki berperawakan kecil dengan rambut semi gondrong dan memakai jaket denim. Suaranya yang lantang, diikuti warga lainnya yang turut protes atas aksi pemkab Minggu (5/2) malam.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan relokasi pedagang sayur pun dihentikan lagi. Pemkab membiarkan truk-truk sayur kembali lagi ke Pasar Bitingan dan pedagang dibiarkan kembali menggelar lapaknya.
Kemudian, pedagang sayur yang sudah berada di Pasar Babe akhirnya diinformasi pedagang lain untuk ke Pasar Bitingan lagi. Situasi yang tidak kondusif membuat kualahan aparat kepolisian dan pemkab untuk pengamanannya.
Sekitar pukul 23.30 Minggu (5/2), pedagang sayur mulai berdatangan lagi dan menggelar lapak disepanjang jalan sisi sebelah barat depan KEM.
Djatmiko melihat kondisi yang tidak disangka, ricuh dan kembali diprotes, membuatnya tidak berkomentar banyak. Ia hanya terdiam dan sesekali koordinasi dengan aparat keamanan untuk menetralkan suasan menjadi kondusif.
”Saya belum bisa berkomentar apa-apa. Yang jelas masih diupayakan lagi pindah,” kata Djatmiko.
Kondisi jualan pedagang sayur pagi kembali seperti semula. Sampai pukul 05.00 sudah merambah ke trotoar lagi seperti hari-hari biasa. Dan, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Pasar Babe, sepi tak ada orang dan gerbang terkunci rapat. (san/zen)