KUDUS – Kenaikan harga Februari memicu terjadinya inflasi sebesar 0,06 persen, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 107,20. Penyumbang inflasi terbesar dari sembilan kelompok komoditas, yakni kenaikan harga yang ditunjukkan dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,74 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kudus Rahmadi Agus Santosa menjelaskan, pemicu inflasi tidak dari harga minyak goreng dan kelangkaannya yang sedang ramai diburu orang. Sebab, pada bulan Februari 2022 pemerintah pusat menginstruksikan harga minyak goreng seragam harganya yakni Rp 14 ribu per liter.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan harga, sehingga terjadi deflasi yang cukup andil mempengaruhi di kelompok bahan makanan, minuman dan tembakau. Agus menjelaskan, meskipun dilapangan harga minyak goreng penurunannya sedikit, tapi ada pengaruhnya menyebabkan deflasi.
”Justru penyumbang inflasi dari kelompok perawatan pribadi dan jasa, yang didalamnya ada kenaikan harga dari sabun mandi, pasta gigi, pembalut perempuan, sabun wajah dan hand body lotion. Kelompok tersebut menyumbang inflasi sebesar 0,11 persen,” jelasnya.
Ia menambahkan, dari sembilan kelompok komoditas yang mengalami deflasi hanya pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang sangat berpengaruh terjadinya deflasi. Selain minyak goreng, yang andil terjadi deflasi yakni beras, daging ayam ras, cabe rawit dan bawang merah, mengalami penurunan harga.
Menurutnya, inflasi Februari 2022 ini paling rendah dibandingkan dua tahun lalu. Februari 2020 terjadi inflasi sebesar 0,39 persen dan tahun 2021 sebesar 0,2 persen. Dan, tingkat inflasi tahun kalender Februari 2022 sebesar 0,83 persen dan tingkat inflasi Februari 2022 terhadap Februari 2021 sebesar 1,95 persen.
”Ya, berharap hasil IHK ini bisa menjadi pertimbangan terhadap pemerintah kabupaten (Pemkab) Kudus mengambil langkah perbaikan dan laju perekonomian yang tepat,” imbuhnya. (him)