JEPARA – Perayaan kenaikan Isa Almasih digelar sederhana. Tidak ada semarak lomba. Meski begitu, ada rangkaian pelelangan hasil kebun atau riyoyo unduh–unduh juga disebut pondok daun pada 10 hari berikutnya.
Pada acara ini, jamaah gereja memberikan hasil bumi apa saja untuk dilelang bersama. Nantinya hasil lelang disumbangkan untuk kegiatan gereja.
”Hasil ternak, hasil laut, hasil kebun, mebel juga boleh, nanti yang beli gereja,” kata Maria, pengurus Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) Jepara.
Acara itu, lanjutnya, biasanya menarik perhatian banyak jamaah. Juga paling ramai. Tahun lalu, pihaknya melelang pohon kelengkeng seharga Rp 4,5 juta.
”Ada juga beras 5 kilogram dijual Rp 500 ribuan,” katanya.
Dia mengatakan perayaan kenaikan Isa Almasih tahun ini hanya kebaktian saja. Selain itu di gereja, juga bisa diikuti live streaming bagi yang ingin mengikuti secara daring.
Tampak di gereja ia bersama kawan-kawannya yang lain juga sedang merangkai bunga. Untuk mempersiapkan kebaktian besok. Tahun ini berbeda karena bunga dirangkai sendiri.
”Biasanya pakai bunga plastik seadanya, kali ini kebetulan habis kursus privat sekalian praktik,” kata Maria.
Karangan bunga itu diletakkan di mimbar-mimbar. Ada bunga berwarna ungu, kuning, dan putih.
Kata Maria, hari ini, kebaktian dimulai pada pukul 08.00.
”Berbeda lagi kalau di GITJ Senenan, sekitar pukul 6 pagi mungkin,” kata pengurus yang juga menjadi pengajar sekolah minggu itu.
Setelah khutbah, tidak ada pujian. Di GITJ-nya, ada sekitar 125-130 jamaah yang hadir. (nib/zen)