JEPARA – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kelompok 84, Desa Tengguli Kecamatan Bangsri memberikan sosialisasi pencegahan stunting di Balai Desa Tengguli, kemarin. Sosialisasi ini dihadiri oleh kader posyandu setempat. Acara ini terselenggara karena kasus stunting di Jepara dinilai masih tinggi.
Nayla, salah satu peserta KKN UPGRIS Desa Tengguli menyatakan, sosialisasi ini bertujuan untuk memberi edukasi tentang bahaya stunting dan cara untuk mencegah penyakit stunting bagi anak balita dan batita. Ia menambahkan, kegiatan ini juga didasari riset terakhir bahwa Indonesia menempati peringkat kedua setelah Kamboja di kawasan Asia Tenggara dan peringkat kelima di dunia.
Menurutnya perlu untuk menyadarkan masyarakat agar lebih menjaga kesehatan gizi bagi bayi saat masih dalam kandungan dan bahkan setelah lahir. “Apalagi di sini kesehatan juga masih minim,” jelas Nayla.
Noer Hamidah, Bidan Desa Tenggul mengajak kepada warga yang hadir untuk mengutamakan hidup sehat. “Ada pola pikir yang harus kita ubah, sehat itu nomor satu,” jelasnya.
Ia mengatakan, stunting ada karena tidak adanya keseimbangan gizi yang diperoleh bayi. Sehingga, ada kasus muncul tinggi tubuh tidak sesuai dengan usia anak. Selain itu, kurangnya kesadaran dari masyarakat bahwa Air Susu Ibu (ASI) eksklusif itu penting. Padahal, kata Noer, ASI eksklusif juga menjadi kunci tumbuh kembang bayi yang optimal. Dalam ASI, ada nutrisi penting yang bisa bermanfaat banyak baik bagi ibu dan bayi.
Noer menambahkan, selain nutrisi, adanya fasilitas kesehatan yang lengkap, sanitasi yang maksimal, dan lingkungan yang bersih juga menjadi faktor.
“Kalau lingkungan bersih, bayi akan tumbuh dan berkembang di lingkungan yang bersih juga, bukan lingkungan kumuh,” tandas Noer. (nib/war)