28.3 C
Kudus
Friday, June 9, 2023

Rayakan Cap Go Meh, Kelenteng Welahan Jepara Gelar Pementasan Wayang Kulit

JEPARA – Warga Kelenteng Kelenteng Hok Tek Bio Welahan menggelar perayaan Cap Go Meh bernuansa tradisi nusantara. Mereka tak menampilkan barongsai seperti kelenteng pada umumnya, tetapi menampilkan wayang kulit.

Pementasan itu berlangsung di halaman Kelenteng Hok Tek Bio, Welahan, Jepara, kemarin (5/2). Berlangsung dua sesi. Pertama dimulai pukul 10.00 – 16.00. Sesi kedua dimulai pukul 21.00 – 04.00 besok (6/2).

Tampak pada sore hari kemarin, warga sekitar berkerumun di depan gerbang kelenteng. Mereka mengendarai motor. Dari atas jok motor mereka menonton pergelaran itu. Mengisahkan Wahyu Pandawa.


Beberapa penonton di antaranya memberanikan diri masuk langsung halaman ke klenteng. Dekat dengan panggung wayang kulitnya.

Penonton tak hanya warga Tionghoa, malah lebih banyak dari warga keturunan Jawa atau sekitar Jepara dan Demak.

Nahdi, asal Demak menjadi salah satu penonton wayang tersebut. Kebetulan ia senang dengan acara kebudayaan.

Setiap tahun, ia pasti berkunjung ke klenteng tersebut. ”Kebetulan hari ini berkunjung ke rumah saudara di Jepara. Sekalian mampir ke sini. Memang suka dengan acara kebudayaan,” imbuhnya.

Suwoto, pengurus kelenteng mengatakan tahun ini tidak ada barongsai. Perayaannya sederhana. “Tenaganya sudah tidak mampu. Memang ada barongsai yang bagus di Welahan. Ya, sudah kami ganti wayang kulit. Kebetulan wayang kulit kan masyarakat juga suka,” jelasnya.

Baca Juga :  Polres Jepara Sosialisasikan Alokasi Anggaran 2022

Sesuai tradisi, wayang kulit dipentaskan semalam suntuk. Wayang kulit kali ini menceritakan tentang Wahyu Kembang Konco Joyo atau Wahyu Pandawa Lima. Kisahnya mirip dengan tema Cap Go Meh.

”Karena bercerita tentang pandawa dapat wahyu, ini mirip dengan tahun baru Imlek. Soal wahyu itu juga berkaitan dengan harapan kami agar mendapat berkah, rejeki, dan umur panjang,” jelasnya.

Sementara itu, sebelum dipentaskan, warga Tionghoa sekitar melaksanakan sembahyang Cap Go Meh. Ritualnya mirip dengan Ibadah King Thi Kong. Jemaat berdoa di hadapan Tuhan yang utama. Baru memohon ke Dewa.

Untuk menutup perayaan, nantinya pelita (obor kain yang digunakan sebagai sumbu dan dicelupkan dalam minyak). Namun untuk lilin-lilin besar akan tetap menyala. Dibiarkan sampai habis. Hal itu menyimbolkan harapan jemaat kepada dewa. Agar tahun ini kehidupan diterangi oleh petunjuk dewa. (nib)






Reporter: Nibros Hassani

JEPARA – Warga Kelenteng Kelenteng Hok Tek Bio Welahan menggelar perayaan Cap Go Meh bernuansa tradisi nusantara. Mereka tak menampilkan barongsai seperti kelenteng pada umumnya, tetapi menampilkan wayang kulit.

Pementasan itu berlangsung di halaman Kelenteng Hok Tek Bio, Welahan, Jepara, kemarin (5/2). Berlangsung dua sesi. Pertama dimulai pukul 10.00 – 16.00. Sesi kedua dimulai pukul 21.00 – 04.00 besok (6/2).

Tampak pada sore hari kemarin, warga sekitar berkerumun di depan gerbang kelenteng. Mereka mengendarai motor. Dari atas jok motor mereka menonton pergelaran itu. Mengisahkan Wahyu Pandawa.

Beberapa penonton di antaranya memberanikan diri masuk langsung halaman ke klenteng. Dekat dengan panggung wayang kulitnya.

Penonton tak hanya warga Tionghoa, malah lebih banyak dari warga keturunan Jawa atau sekitar Jepara dan Demak.

Nahdi, asal Demak menjadi salah satu penonton wayang tersebut. Kebetulan ia senang dengan acara kebudayaan.

Setiap tahun, ia pasti berkunjung ke klenteng tersebut. ”Kebetulan hari ini berkunjung ke rumah saudara di Jepara. Sekalian mampir ke sini. Memang suka dengan acara kebudayaan,” imbuhnya.

Suwoto, pengurus kelenteng mengatakan tahun ini tidak ada barongsai. Perayaannya sederhana. “Tenaganya sudah tidak mampu. Memang ada barongsai yang bagus di Welahan. Ya, sudah kami ganti wayang kulit. Kebetulan wayang kulit kan masyarakat juga suka,” jelasnya.

Baca Juga :  Cuaca Buruk Berpotensi Terjadi di Wilayah Jepara, Ini Penyebabnya

Sesuai tradisi, wayang kulit dipentaskan semalam suntuk. Wayang kulit kali ini menceritakan tentang Wahyu Kembang Konco Joyo atau Wahyu Pandawa Lima. Kisahnya mirip dengan tema Cap Go Meh.

”Karena bercerita tentang pandawa dapat wahyu, ini mirip dengan tahun baru Imlek. Soal wahyu itu juga berkaitan dengan harapan kami agar mendapat berkah, rejeki, dan umur panjang,” jelasnya.

Sementara itu, sebelum dipentaskan, warga Tionghoa sekitar melaksanakan sembahyang Cap Go Meh. Ritualnya mirip dengan Ibadah King Thi Kong. Jemaat berdoa di hadapan Tuhan yang utama. Baru memohon ke Dewa.

Untuk menutup perayaan, nantinya pelita (obor kain yang digunakan sebagai sumbu dan dicelupkan dalam minyak). Namun untuk lilin-lilin besar akan tetap menyala. Dibiarkan sampai habis. Hal itu menyimbolkan harapan jemaat kepada dewa. Agar tahun ini kehidupan diterangi oleh petunjuk dewa. (nib)






Reporter: Nibros Hassani

Most Read

Artikel Terbaru