JEPARA – Empat desa menjadi pilot project pendataan anak tidak sekolah (ATS) di Jepara. Pendataan itu kerja sama antara United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) atau Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Semarang, dan Pemerintah Kabupaten Jepara.
Keempat desa itu di antaranya Desa Tubanan Kecamatan Kembang, Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Desa Nalumsari, dan Desa Tulakan Kecamatan Donorojo. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB Semarang Jasman Indradno menyampaikan, pendataan itu melalui Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM).
“Pendata sudah dibekali cara mendata pertengahan Oktober lalu di Bappeda Jepara,” tuturnya.
Pendata, mencari anak yang putus sekolah di usia 4-18 tahun. Yakni dengan cara berkunjung ke rumah maupun menghadirkan kepala keluarga di balai desa. “Petugas langsung datang ke rumah. Juga memberi pemahaman persuasif untuk memotivasi anak agar kembali ke sekolah lagi,” imbuhnya.
Budi Sutrisno, Kepala Desa Tulakan berharap, usaipendataan, nantinya Desa Tulakan terdeteksi anak yang putus sekolah. Sehingga bisa dicari sousinya agar tak ada lagi anak tidak sekolah. “Data sangat penting untuk mengetahui jumlah anak putus sekolah, yang nanti akan diberikan pendampingan agar anak putus sekolah bisa melanjutkan studi. Baik kembali ke sekolah maupun mengikuti program kejar paket,” kata Budi.
Reporter: Muhammad Khoirul Anwar
JEPARA – Empat desa menjadi pilot project pendataan anak tidak sekolah (ATS) di Jepara. Pendataan itu kerja sama antara United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) atau Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Semarang, dan Pemerintah Kabupaten Jepara.
Keempat desa itu di antaranya Desa Tubanan Kecamatan Kembang, Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Desa Nalumsari, dan Desa Tulakan Kecamatan Donorojo. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB Semarang Jasman Indradno menyampaikan, pendataan itu melalui Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM).
“Pendata sudah dibekali cara mendata pertengahan Oktober lalu di Bappeda Jepara,” tuturnya.
Pendata, mencari anak yang putus sekolah di usia 4-18 tahun. Yakni dengan cara berkunjung ke rumah maupun menghadirkan kepala keluarga di balai desa. “Petugas langsung datang ke rumah. Juga memberi pemahaman persuasif untuk memotivasi anak agar kembali ke sekolah lagi,” imbuhnya.
Budi Sutrisno, Kepala Desa Tulakan berharap, usaipendataan, nantinya Desa Tulakan terdeteksi anak yang putus sekolah. Sehingga bisa dicari sousinya agar tak ada lagi anak tidak sekolah. “Data sangat penting untuk mengetahui jumlah anak putus sekolah, yang nanti akan diberikan pendampingan agar anak putus sekolah bisa melanjutkan studi. Baik kembali ke sekolah maupun mengikuti program kejar paket,” kata Budi.
Reporter: Muhammad Khoirul Anwar