GROBOGAN – Pemkab Grobogan terus melakukan pengembangan kawasan industri, utamanya melalui pengembangan sistem logistik daerah (Silogda) berbasis rel. Tiga stasiun diusulkan menjadi dry port atau gudang barang di sekitar stasiun.
Kabid Prasarana Wilayah dan Ekonomi Bappeda Grobogan Candra Yulian Pasha mengatakan, Urban Mobility Plan (UMP) Kedungsepur mulai direncanakan. Tiga stasiun bakal jadi dry port yakni Stasiun Tanggungharjo, Ngrombo dan Kradenan.
”Ada pengembangan kawasan industri sekitar 1.279 hektare. Kalau banyak pabrik dan kami hanya mengandalkan angkutan jalan raya, betapa macetnya jalan kita ini. Sebenarnya Kabupaten Grobogan diuntungkan adanya jalur rel yang bisa digunakan sebagai angkutan logistik berbasis kereta api. Maka, kami usulkan untuk pembuatan dryport di sejumlah stasiun,” ungkapnya.
Menariknya, salah satu stasiun yang diusulkan yakni Stasiun Tanggung merupakan stasiun tertua yang masih beroperasi di Indonesia. Berdiri sejak 10 Agustus 1867. Sebuah papan petunjuk berukuran sekitar 50 centimeter tertulis “Di Bumi Ini Kami Bermula” tertancap kuat di kompleks stasiun tersebut.
Stasiun tipe 3 ini tak lagi disinggahi kereta api, hanya menjadi stasiun pemantau yang dilewati kereta api tujuan Solo-Semarang. Tidak ada naik-turun penumpang. Padahal dulunya menjadi stasiun untuk mengangkut barang hasil hutan (Perhutani). Lantaran di sisi selatan stasiun terdapat KPH. Kini rel yang menuju hutan sudah hilang.
”Harapannya, stasiun ini diharapkan bisa dijadikan stasiun peti kemas, bisa untuk transit untuk antrean dari Pelabuhan Tanjung Mas (Jakarta-Surabaya). Sekaligus mengakomodasi distribusi barang dari dan keluar Kabupaten Grobogan. Mengakomodasi pertumbuhan industri di sini,” harapnya.
Menurutnya, Silogda ini penting karena menjadi kegiatan logistik yang dikaitkan semua rantai pasok pemenuhan kebutuhan masyarakat Grobogan. Selain beras, di daerah Tanggungharjo kiini juga memiliki Semen Grobogan.
”Di Tanggung ada semen, bisa dimanfaatkan untuk pengembangan dry port. Tak lagi pakai jalur jalan tapi bisa berbasis rel. Namun, dry port di Stasiun Tanggung ini memiliki kelemahan, karena harus double handling. Misalnya dari pabrik ke dry port pasti diangkut pakai truk. Dari pabrik ke truk ada loading, truk ke dry port ada loading lagi. Jadi double handling ini yang kurang efisien. Namun, jika ditotal biaya keseluruhan tetap lebih murah melalui jalur rel, ketimbang jalur jalan raya,” ungkapnya. (int)