GROBOGAN – Sukses menjadi pebisnis sukses tak pernah terbayang dibenak Desy Windi sebelumnya. Desy, sapaan akrabnya, ini sukses menjual ribuan baju hanya dalam hitungan menit. Padahal, ia dulu pernah menjadi salah satu karyawan yang di-PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja lantaran pandemi covid-19.
Baca Juga : Duh! Uang Pembangunan RTLH di Geyer Grobogan Diduga ‘Ngendon’ di Sekdes, Begini Tanggapan Pihak Desa
Ribuan baju yang ludes terjual itu merupakan jenis baju tidur atau babydoll. Membuat alumni SMPN 3 Purwodadi ini kualahan dalam memproduksi jualannya. Hal itu disebabkan lama produksi dan waktu penjualannya yang jauh berbeda.
”Kebetulan saya punya 500 penjahit yang ada di Solo. Dalam sehari selalu ada baju yang telah jadi produksi. Namun, penjualannya berbeda-beda. Kalau untuk reseller bisa 2.500-5.000 pcs per dua kali dalam sepekan. Sedangkan untuk yang saya jual di TikTok, per hari sekitar 300-500 pcs. Seadanya barang,” ungkapnya.
Baca Juga : Polres Grobogan Pasang Puluhan Spanduk Anti Radikalisme, Ini Tujuannya
Meski telah banyak memproduksi barang, perempuan yang beralamat di Desa Tunggak, Kecamatan Toroh ini merasa masih kurang bisa memuaskan para konsumennya.
”Masih banyak yang belum kebagian. Kadang ada reseller yang mohon-mohon minta dicarikan stok-stok apapun. Padahal kami sudah benar-benar kosong barangnya. Sedangkan mereka dikejar-kejar pelanggannya juga,” kesannya.
Reporter: Intan Maylani Sabrina
GROBOGAN – Sukses menjadi pebisnis sukses tak pernah terbayang dibenak Desy Windi sebelumnya. Desy, sapaan akrabnya, ini sukses menjual ribuan baju hanya dalam hitungan menit. Padahal, ia dulu pernah menjadi salah satu karyawan yang di-PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja lantaran pandemi covid-19.
Baca Juga : Duh! Uang Pembangunan RTLH di Geyer Grobogan Diduga ‘Ngendon’ di Sekdes, Begini Tanggapan Pihak Desa
Ribuan baju yang ludes terjual itu merupakan jenis baju tidur atau babydoll. Membuat alumni SMPN 3 Purwodadi ini kualahan dalam memproduksi jualannya. Hal itu disebabkan lama produksi dan waktu penjualannya yang jauh berbeda.
”Kebetulan saya punya 500 penjahit yang ada di Solo. Dalam sehari selalu ada baju yang telah jadi produksi. Namun, penjualannya berbeda-beda. Kalau untuk reseller bisa 2.500-5.000 pcs per dua kali dalam sepekan. Sedangkan untuk yang saya jual di TikTok, per hari sekitar 300-500 pcs. Seadanya barang,” ungkapnya.
Baca Juga : Polres Grobogan Pasang Puluhan Spanduk Anti Radikalisme, Ini Tujuannya
Meski telah banyak memproduksi barang, perempuan yang beralamat di Desa Tunggak, Kecamatan Toroh ini merasa masih kurang bisa memuaskan para konsumennya.
”Masih banyak yang belum kebagian. Kadang ada reseller yang mohon-mohon minta dicarikan stok-stok apapun. Padahal kami sudah benar-benar kosong barangnya. Sedangkan mereka dikejar-kejar pelanggannya juga,” kesannya.
Reporter: Intan Maylani Sabrina