GROBOGAN – Dianggap lebih banyak mudarat, Ketua PC GP Ansor Grobogan Harsono menyebut penutupan lokalisasi di Grobogan perlu dipertimbangkan. Sebab adanya tempat seperti itu juga memicu dampak lingkungan. Seperti tingginya kasus HIV/Aids.
Terlebih bila berkaca dari kabupaten atau kota lain. Pemerintah setempat berani mengambil sikap tegas dengan melakukan penutupan lokalisasi. Misalnya seperti penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Semarang. Penutupan Lorok Indah di Pati. Hingga penutupan salah satu tempat prostitusi terbesar Dolly di Surabaya.
Harsono menjelaskan, secara kelembagaan di Ansor dan kelompok organisasi keislaman lain di Grobogan memang belum ada pembahasan dan pembicaraan atas hal tersebut. Sehingga secara keorganisasian belum ada langkah apapun.
“Tetapi secara pribadi saya menilai lebih banyak mudaratnya. Sehingga perlu ditutup,” jelasnya.
Terlebih menurutnya, keberadaan tempat prostitusi juga berimplikasi pada kondisi lingkungan sekitar. Seperti adanya kasus HIV/AIDS. Pada 2022, Grobogan tercatat sebagai daerah dengan kasus HIV terbesar ke lima di Jawa Tengah.
Tercatat ada 1.529 warga di 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan, terkonfirmasi HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut 91 di antaranya adalah anak-anak.
Sebelumnya, di Kabupaten Grobogan ada dua tempat lokalisasi. Yang pertama yakni kawasan Koplak Dokar. Tempat prostitusi tersebut sejak 2018 dirombak dan diresmikan menjadi Pusat Kuliner Purwodadi. Sementara kini tersisa satu lokalisasi di Grobogan. Yakhi lokalisasi Gunung Buthak di Desa Depok, Kecamatan Toroh.
“Kami kemarin juga membuat nota kesepakatan dengan pemerintah kabupaten dan polres agar menutup semua tempat pekat seperti cafe dan karaoke selama ramadhan,” tuturnya. (tos/khim)
Reporter: Eko Santoso
GROBOGAN – Dianggap lebih banyak mudarat, Ketua PC GP Ansor Grobogan Harsono menyebut penutupan lokalisasi di Grobogan perlu dipertimbangkan. Sebab adanya tempat seperti itu juga memicu dampak lingkungan. Seperti tingginya kasus HIV/Aids.
Terlebih bila berkaca dari kabupaten atau kota lain. Pemerintah setempat berani mengambil sikap tegas dengan melakukan penutupan lokalisasi. Misalnya seperti penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Semarang. Penutupan Lorok Indah di Pati. Hingga penutupan salah satu tempat prostitusi terbesar Dolly di Surabaya.
Harsono menjelaskan, secara kelembagaan di Ansor dan kelompok organisasi keislaman lain di Grobogan memang belum ada pembahasan dan pembicaraan atas hal tersebut. Sehingga secara keorganisasian belum ada langkah apapun.
“Tetapi secara pribadi saya menilai lebih banyak mudaratnya. Sehingga perlu ditutup,” jelasnya.
Terlebih menurutnya, keberadaan tempat prostitusi juga berimplikasi pada kondisi lingkungan sekitar. Seperti adanya kasus HIV/AIDS. Pada 2022, Grobogan tercatat sebagai daerah dengan kasus HIV terbesar ke lima di Jawa Tengah.
Tercatat ada 1.529 warga di 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan, terkonfirmasi HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut 91 di antaranya adalah anak-anak.
Sebelumnya, di Kabupaten Grobogan ada dua tempat lokalisasi. Yang pertama yakni kawasan Koplak Dokar. Tempat prostitusi tersebut sejak 2018 dirombak dan diresmikan menjadi Pusat Kuliner Purwodadi. Sementara kini tersisa satu lokalisasi di Grobogan. Yakhi lokalisasi Gunung Buthak di Desa Depok, Kecamatan Toroh.
“Kami kemarin juga membuat nota kesepakatan dengan pemerintah kabupaten dan polres agar menutup semua tempat pekat seperti cafe dan karaoke selama ramadhan,” tuturnya. (tos/khim)
Reporter: Eko Santoso