24.1 C
Kudus
Tuesday, March 21, 2023

Kabupaten Grobogan Berdayakan Petani Bawang Merah Lebih Maju dan Modern

GROBOGAN – Untuk memberdayakan petani, Kabupaten Grobogan tidak hanya dikenal sebagai daerah penghasil komoditas kedelai saja. Tetapi juga dikenal sebagai  kawasan produksi bawang merah dengan kualitas yang baik dan pengelolaan produksi yang lebih modern.

Plt Kadinas Pertanian Grobogan Sunanto mengatakan pada 2021, petani bawang merah di Grobogan berhasil memproduksi bawang merah sebanyak 261.114 kuintal dengan luas tanam 2.953 hektare.

“Dan produktivitasnya bisa mencapai 10 ton bawang merah per hektare, tiap tahunnya meningkat,” jelasnya.


Dia menjelaskan bawang merah di Kabupaten Grobogan itu sendiri menggunakan teknologi True Shallot Seed (TSS) atau benih bawang asli. Dan berhasil menjadi pioner pengembangan benih asli bawang merah tersebut. “Untuk saat ini kami mengembangkan bawang merah dengan varietas Bima Brebes,” katanya.

Dengan adanya teknologi TSS itu pula, jelas dia, dapat menghasilkan mutu benih yang lebih baik dan teknik itu sudah dikembangkan di daerah masing-masing yang menjadi wilayah sentra.

Baca Juga :  Senangnya Siswa di Grobogan yang Dihadiahi Sepeda dari Jokowi
(SIROJUL MUNIR/RADAR KUDUS)

Daerah Grobogan yang menjadi sentra bawang merah tersebar di beberapa kecamatan. Di antaranya, Penawangan, Klambu, Toroh, Tanggungharjo, Godong, Gubug, Tegowanu, dan Purwodadi.

Untuk menunjang potensi sebagai daerah penghasil komoditas salah satu bumbu dapur tersebut, pada tahun 2021 itu pula petani didorong untuk membentuk sebuah korporasi petani bawang merah yakni PT Agro Mandiri Grobogan.

“Tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah serta kesejahteraan petani, khususnya petani bawang merah,” katanya.

Dia juga mengatakan pembentukan lembaga korporasi tersebut juga dalam rangka meningkatkan pemberdayaan untuk mempercepat industrialisasi. Serta agar pengelolaan hasil tanaman bawang merah tertata lebih modern.

“Misalnya ketika terjadi fluktuasi harga yang cukup tajam, dalam korporasi tersebut terdapat kontainer khusus untuk menyimpan bawang merah,” tambahnya.

Penyimpanan tersebut bisa dilakukan beberapa bulan tanpa merusak kualitas bawang. Ketika kondisi harga sudah membaik, barulah hasil panen tersebut dikeluarkan untuk dijual kembali kepada masyarakat. (ark/him)

 


GROBOGAN – Untuk memberdayakan petani, Kabupaten Grobogan tidak hanya dikenal sebagai daerah penghasil komoditas kedelai saja. Tetapi juga dikenal sebagai  kawasan produksi bawang merah dengan kualitas yang baik dan pengelolaan produksi yang lebih modern.

Plt Kadinas Pertanian Grobogan Sunanto mengatakan pada 2021, petani bawang merah di Grobogan berhasil memproduksi bawang merah sebanyak 261.114 kuintal dengan luas tanam 2.953 hektare.

“Dan produktivitasnya bisa mencapai 10 ton bawang merah per hektare, tiap tahunnya meningkat,” jelasnya.

Dia menjelaskan bawang merah di Kabupaten Grobogan itu sendiri menggunakan teknologi True Shallot Seed (TSS) atau benih bawang asli. Dan berhasil menjadi pioner pengembangan benih asli bawang merah tersebut. “Untuk saat ini kami mengembangkan bawang merah dengan varietas Bima Brebes,” katanya.

Dengan adanya teknologi TSS itu pula, jelas dia, dapat menghasilkan mutu benih yang lebih baik dan teknik itu sudah dikembangkan di daerah masing-masing yang menjadi wilayah sentra.

Baca Juga :  Petani di Grobogan Raup Untung di Tengah Naiknya Harga Kedelai Impor
(SIROJUL MUNIR/RADAR KUDUS)

Daerah Grobogan yang menjadi sentra bawang merah tersebar di beberapa kecamatan. Di antaranya, Penawangan, Klambu, Toroh, Tanggungharjo, Godong, Gubug, Tegowanu, dan Purwodadi.

Untuk menunjang potensi sebagai daerah penghasil komoditas salah satu bumbu dapur tersebut, pada tahun 2021 itu pula petani didorong untuk membentuk sebuah korporasi petani bawang merah yakni PT Agro Mandiri Grobogan.

“Tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah serta kesejahteraan petani, khususnya petani bawang merah,” katanya.

Dia juga mengatakan pembentukan lembaga korporasi tersebut juga dalam rangka meningkatkan pemberdayaan untuk mempercepat industrialisasi. Serta agar pengelolaan hasil tanaman bawang merah tertata lebih modern.

“Misalnya ketika terjadi fluktuasi harga yang cukup tajam, dalam korporasi tersebut terdapat kontainer khusus untuk menyimpan bawang merah,” tambahnya.

Penyimpanan tersebut bisa dilakukan beberapa bulan tanpa merusak kualitas bawang. Ketika kondisi harga sudah membaik, barulah hasil panen tersebut dikeluarkan untuk dijual kembali kepada masyarakat. (ark/him)

 


Most Read

Artikel Terbaru