Di saat bioskop online semakin eksis, Sinema Kalinyamat justru getol menghidupkan kembali layar tancap. Tujuannya mengedukasi dan mengenalkan film lokal.
NIBROS HASSANI, Jepara, Radar Kudus
MALAM itu, wajah anak-anak itu tampak fokus menatap layar LCD yang ada di hadapan mereka. Dalam layar itu, terlihat sebuah film sedang diputar. Mata-mata mereka- anak-anak itu-terpaku, melihat para pemain film berdialog. Beberapa kali mereka tertawa karena kisahnya lucu. Namun, mereka juga lebih banyak diam. Khusyuk menikmati alur cerita. Di akhir pemutaran, anak-anak bertepuk tangan karena menilai filmnya yang diputar bagus.
Anak-anak itu asyik menonton sebuah film yang mengangkat kehidupan anak-anak pesisir di Jepara. Sebuah tema yang sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Judul film itu: “Kisah dari Pesisir”.
Film ini diputar dengan cara sangat sederhana. Yakni menggunakan layar LCD, sound, laptop, dengan sarana karpet dan tikar untuk tempat duduknya. Dibuat mirip layar tancap. Namun lebih kekinian. Layar tancap ini digagas Ahmad Nur Yahya, warga Panggang Jepara.
Ahmad bangga dengan pemutaran film itu. Pertama, karena film itu bisa menjadi media hiburan warga. Kedua, dia mendapat kesempatan untuk menampilkan film produksi dirinya dan kawan-kawannya secara langsung.
“Film ini menggunakan logat, bahasa, dan pemandangan laut yang sudah menjadi bagian dari diri mereka. Jadi mereka merasa sangat gembira,” kata Ahmad—inisiator “rumah produksi” dan film and television studies enthusiast. Respon penonton positif. Ahmad makin senang.

Ahmad memang tidak sendiri mengembangkan sinema layar tancap ini. Dalam pembuatan @sinemakalinyamat, dia juga dibantu teman-temannya seangkatan dari ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta. Sesama program studi TV dan Film. Sementara itu, dalam kegiatannya, Ahmad dibantu karang taruna dan kelompok pemuda sekitar rumahnya.
Sinema Kalinyamat sendiri dimulai pada 2020. Sesuai dengan namanya, Ahmad memang terinspirasi dari kisah Ratu Kalinyamat. Sudah ada beberapa film yang diputar hingga tahun ini. Semuanya film karya Ahmad dan teman-temannya.
Dia juga sempat menggelar “Layar Lebaran”, sebuah program ekspedisi film. Dalam program itu, dia memutar tiga film. Kisahnya tak jauh dengan suasana lebaran. “Ada keluarga, kebersamaan, dan kehangatan,” katanya.
Dari Sinema Kalinyamat, Ahmad berharap bisa menggiatkan diskusi dan produksi perfilman di Jepara. Ia menilai, selama ini untuk film lokal Jepara belum banyak yang mengangkat dan menjadi bahasan di kalangan anak muda. Sehingga hal tersebut perlu digiatkan kembali. Meski masih dalam proses perkembangan, ia berharap kedepannya “Sinema Kalinyamat” ini bisa bermanfaat, menghibur, dan mengedukasi. (*/mal)