28.3 C
Kudus
Friday, June 9, 2023

Membangun Manusia ala PFA dan Solusi Kesenjangan di Papua

Papua Football Academy (PFA) lahir sebagai program menarik. Selain memoles bakat sepak bola putra-putra Papua, akademi ini mengemban misi penting lainnya. Yaitu melahirkan pribadi yang bernilai, memiliki kepercayaan diri, dan karakter yang kuat.

ACHMAD ULIL ALBAB, Radar Kudus

Akademi La Masia di Spanyol mampu memoles potensi bocah ajaib dari Argentina bernama Lionel Messi, menjadi sang mega bintang sepak bola abad ini. Bergeser ke kawasan Timur Tengah, Aspire Academy di Qatar melahirkan generasi emasnya sendiri, yang berhasil menjadi juara Piala Asia 2019. Papua Football Academy (PFA) di Bumi Cendrawasih diharapkan bisa mengikuti jejak serupa. Memoles putra-putra Papua dengan bakat alam sepak bola yang luar biasa agar bersinar di masa depan.


Kehadiran Papua Football Academy (PFA) amat penting. Bakat alam sepakbola yang dimiliki anak-anak Papua sudah seharusnya dikelola secara profesional dan tepat.

Papua telah lama menjadi lumbung pemain sepakbola bertalenta. Putra-putra Papua dipercaya memperkuat tim-tim sepakbola besar di Indonesia, dan menjadi langganan memperkuat tim nasional.

Jauh sebelum Ricky Kambuaya yang hari ini menjadi langganan timnas era Shin Tae Yong, ada sang legenda Boaz Solossa yang juga menjadi tulang punggung tim nasional, era 80-an pecinta bola tanah air telah mengenal Rully Nere yang ikut menjadi bagian tim nasional yang merebut medali emas SEA Games pertama bagi Indonesia.

Presiden Joko Widodo secara khusus memberikan perhatian terhadap dunia sepakbola, hingga melahirkan Inpres Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional. Kehadiran Papua Football Academy tentu sejalan dengan intruksi sang presiden itu. Presiden berharap jika Papua Football Academy ini para siswanya bisa menjadi pemain sepak bola dengan kepercayaan diri dan karakter kuat.

“PFA ini harus bisa menjadi sekolah bagi putra Papua untuk mengasah bakat dalam olahraga sepak bola. Di akademi ini anak-anak diajarkan bagaimana hidup disiplin dalam keseharian dan menjalani latihan rutin yang didampingi para pelatih dengan reputasi yang baik,” kata Jokowi penuh bangga saat membuka akademi itu.

Papua Football Academy bermarkas di Mimika Sports Complex (MSC), Timika. PFA merupakan sekolah sepak bola dan asrama bagi putra Papua berusia 13 tahun, angkatan pertama ada 30 pemain yang bergabung dari proses seleksi yang ketat. Program ini merupakan komitmen PT Freeport Indonesia dalam membangun masyarakat Papua, salah satunya dalam bidang olahraga.

Baca Juga :  Alasan Persipur Grobogan Tetap Gelar Seleksi Pemain meski Belum Punya Manajer dan Pelatih

Akademi ini dibuka pertama kali pada 31 Agustus 2022, memiliki fasilitas yang sangat baik didukung dengan pelatih yang berkompeten. Akademi ini dipimpin Wolfgang Pikal sebagai direktur. Pelatih pemegang lisensi AFC Pro ini merupakan sosok berpengalaman, dia merupakan asisten Alferd Riedl di AFF Cup 2010. Wolfgang Pikal didukung staf kepelatihan yang juga kompeten. Selain asisten pelatih, pelatih kiper dan pelatih fisik, staf kepelatihan juga dilengkapi dengan fisioterapis dan tenaga video analisis.

Sejalan dengan pelatihan dalam akademi yang disusun dengan pertimbangan Sains Olahraga secara menyeluruh, yaitu aspek teknis sepakbola, analisis, nutrisi, psikologi dalam olahraga, fisiologi dan penanganan cedera. Papua Football Academy dilengkapi oleh fasilitas yang memenuhi standarisasi infrastruktur, keamanan dan keselamatan dalam sepakbola sesuai standarisasi internasional.

Anak-anak Papua Football Academy (PFA) antusias mengikuti latihan rutin bersama para pelatih. (PAPUA FOOTBALL ACADEMY FOR RADAR KUDUS)

Secara tegas hadirnya Papua Football Academy sebagai salah satu komitmen investasi sosial PT Freeport Indonesia. Kehadiran akademi ini dalam membantu mengembangkan sumber daya manusia di Papua khususnya sepak bola. Seperti diungkapkan Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma

“Ini adalah bagaimana cara kita membangun manusia,” katanya seperti dikutip dari papuafootballacademy.com

Pihaknya juga berharap, suatu hari anak-anak jebolan Papua Football Academy ini bisa memperkuat timnas Indonesia. “Namun yang paling penting, mereka mendapat nilai-nilai yang bisa dibawa saat pulang kembali ke masyarakat. PFA harus menjadi Freeport mini, nilai-nilainya adalah budaya korporat : tidak boleh pukul orang, bully orang, menghormati satu sama lain, buang sampah tidak boleh sembarangan, mengantri di counter bandara, masuk tepat waktu, dan tidak boleh tipu-tipu,” jelasnya.

Program Papua Football Academy ini mengingatkan kita pada masa-masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid dalam sebuah wawancara menyebutkan jika selama masa pemerintahan Gus Dur itu melarang pendekatan represif dan lebih mengedepankan pendekatan humanis kepada masyarakat Papua. Hal ini diakui sendiri oleh para tokoh Papua.

Pendekatan humanis dan “memanusiakan” ini menjadi langkah tepat, di tengah masih maraknya konflik di tanah Papua. Kesenjangan menjadi kambing hitam akar permasalahan di Papua. Salah satu penyebab konflik Papua yang berkepanjangan karena kesejahteraan dan pembangunan belum merata. Di sini pembangunan manusia menjadi salah satu poin penting untuk Papua. (*)






Reporter: Achmad Ulil Albab

Papua Football Academy (PFA) lahir sebagai program menarik. Selain memoles bakat sepak bola putra-putra Papua, akademi ini mengemban misi penting lainnya. Yaitu melahirkan pribadi yang bernilai, memiliki kepercayaan diri, dan karakter yang kuat.

ACHMAD ULIL ALBAB, Radar Kudus

Akademi La Masia di Spanyol mampu memoles potensi bocah ajaib dari Argentina bernama Lionel Messi, menjadi sang mega bintang sepak bola abad ini. Bergeser ke kawasan Timur Tengah, Aspire Academy di Qatar melahirkan generasi emasnya sendiri, yang berhasil menjadi juara Piala Asia 2019. Papua Football Academy (PFA) di Bumi Cendrawasih diharapkan bisa mengikuti jejak serupa. Memoles putra-putra Papua dengan bakat alam sepak bola yang luar biasa agar bersinar di masa depan.

Kehadiran Papua Football Academy (PFA) amat penting. Bakat alam sepakbola yang dimiliki anak-anak Papua sudah seharusnya dikelola secara profesional dan tepat.

Papua telah lama menjadi lumbung pemain sepakbola bertalenta. Putra-putra Papua dipercaya memperkuat tim-tim sepakbola besar di Indonesia, dan menjadi langganan memperkuat tim nasional.

Jauh sebelum Ricky Kambuaya yang hari ini menjadi langganan timnas era Shin Tae Yong, ada sang legenda Boaz Solossa yang juga menjadi tulang punggung tim nasional, era 80-an pecinta bola tanah air telah mengenal Rully Nere yang ikut menjadi bagian tim nasional yang merebut medali emas SEA Games pertama bagi Indonesia.

Presiden Joko Widodo secara khusus memberikan perhatian terhadap dunia sepakbola, hingga melahirkan Inpres Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional. Kehadiran Papua Football Academy tentu sejalan dengan intruksi sang presiden itu. Presiden berharap jika Papua Football Academy ini para siswanya bisa menjadi pemain sepak bola dengan kepercayaan diri dan karakter kuat.

“PFA ini harus bisa menjadi sekolah bagi putra Papua untuk mengasah bakat dalam olahraga sepak bola. Di akademi ini anak-anak diajarkan bagaimana hidup disiplin dalam keseharian dan menjalani latihan rutin yang didampingi para pelatih dengan reputasi yang baik,” kata Jokowi penuh bangga saat membuka akademi itu.

Papua Football Academy bermarkas di Mimika Sports Complex (MSC), Timika. PFA merupakan sekolah sepak bola dan asrama bagi putra Papua berusia 13 tahun, angkatan pertama ada 30 pemain yang bergabung dari proses seleksi yang ketat. Program ini merupakan komitmen PT Freeport Indonesia dalam membangun masyarakat Papua, salah satunya dalam bidang olahraga.

Baca Juga :  Erick Thohir Minta Sepak Bola Indonesia Bertransformasi

Akademi ini dibuka pertama kali pada 31 Agustus 2022, memiliki fasilitas yang sangat baik didukung dengan pelatih yang berkompeten. Akademi ini dipimpin Wolfgang Pikal sebagai direktur. Pelatih pemegang lisensi AFC Pro ini merupakan sosok berpengalaman, dia merupakan asisten Alferd Riedl di AFF Cup 2010. Wolfgang Pikal didukung staf kepelatihan yang juga kompeten. Selain asisten pelatih, pelatih kiper dan pelatih fisik, staf kepelatihan juga dilengkapi dengan fisioterapis dan tenaga video analisis.

Sejalan dengan pelatihan dalam akademi yang disusun dengan pertimbangan Sains Olahraga secara menyeluruh, yaitu aspek teknis sepakbola, analisis, nutrisi, psikologi dalam olahraga, fisiologi dan penanganan cedera. Papua Football Academy dilengkapi oleh fasilitas yang memenuhi standarisasi infrastruktur, keamanan dan keselamatan dalam sepakbola sesuai standarisasi internasional.

Anak-anak Papua Football Academy (PFA) antusias mengikuti latihan rutin bersama para pelatih. (PAPUA FOOTBALL ACADEMY FOR RADAR KUDUS)

Secara tegas hadirnya Papua Football Academy sebagai salah satu komitmen investasi sosial PT Freeport Indonesia. Kehadiran akademi ini dalam membantu mengembangkan sumber daya manusia di Papua khususnya sepak bola. Seperti diungkapkan Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma

“Ini adalah bagaimana cara kita membangun manusia,” katanya seperti dikutip dari papuafootballacademy.com

Pihaknya juga berharap, suatu hari anak-anak jebolan Papua Football Academy ini bisa memperkuat timnas Indonesia. “Namun yang paling penting, mereka mendapat nilai-nilai yang bisa dibawa saat pulang kembali ke masyarakat. PFA harus menjadi Freeport mini, nilai-nilainya adalah budaya korporat : tidak boleh pukul orang, bully orang, menghormati satu sama lain, buang sampah tidak boleh sembarangan, mengantri di counter bandara, masuk tepat waktu, dan tidak boleh tipu-tipu,” jelasnya.

Program Papua Football Academy ini mengingatkan kita pada masa-masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid dalam sebuah wawancara menyebutkan jika selama masa pemerintahan Gus Dur itu melarang pendekatan represif dan lebih mengedepankan pendekatan humanis kepada masyarakat Papua. Hal ini diakui sendiri oleh para tokoh Papua.

Pendekatan humanis dan “memanusiakan” ini menjadi langkah tepat, di tengah masih maraknya konflik di tanah Papua. Kesenjangan menjadi kambing hitam akar permasalahan di Papua. Salah satu penyebab konflik Papua yang berkepanjangan karena kesejahteraan dan pembangunan belum merata. Di sini pembangunan manusia menjadi salah satu poin penting untuk Papua. (*)






Reporter: Achmad Ulil Albab

Most Read

Artikel Terbaru