Triyanto R Soetardjo berhasil mengembangkan buah Parijotho menjadi beberapa olahan. Terbaru ia membuat Kombucha Parijotho. Ide tersebut dilandasi atas keresahannya terhadap generasi muda tak menerapkan pola hidup sehat. Karena itu, minuman yang mengandung probiotik sangat cocok dikomsumsi dan masih ngetrend.
GALIH ERLAMBANG WIRADINATA, Radar Kudus
DI TANGAN Triyanto R Soetardjo buah Parijotho berhasil disulap menjadi beberapa produk makanan dan minuman. Jumlahnya ada sekitar lima olahan. Mulai dari sirup, permen, teh tubruk maupun celup,dan kripik.
Bahkan baru-baru ini dimunculkan lagi inovasi baru minuman dari buah legendaris yang tumbuh subur di Gunung Muria itu. Parijotho itu dikemas menjadi minuman fermentasi. Atau disebut Kombucha Parijotho. Minuman fermentasi itu mengandung probiotik. Manfaatnya untuk menjaga daya tahan tubuh dan melancarkan pencernaan.
Ribut, sapaan akrabnya, mengungkapkan, ide tersebut bermula dari melihat teh kombucha pada 2018 silam. Bahkan minuman itu mampu dikembangkan lewat jenis kopi arabika. Potensi itu ternyata bisa diterapkan lewat buah berwarna pink tersebut.
”Seperti sirup, saya terinspirasi dari kawis bisa jadi minuman. Ternyata jadi kombucha juga bisa,” kata pria berkacamata itu.
Di sisi lain, inspirasi itu juga datang dari keresahannya melihat pergaulan pemuda sekitar. Kebanyakan hidupnya jauh dari kata sehat.Kaum milenial kerap nongkrong, sering begadang dan kurang olahraga. Oleh karena itu perlu adanya minuman sehat dan cocok di lidah kelompok milenial.
Pembuatan Kombucha Parijotho ini perlu melalui beberapa tahapan. Kombucha yang dikemas dalam botol kaca disterilkan dahulu. Tahap selanjutnya memasukkan jamur Scoby ke dalam air yang telah direbus. Kemudian diikuti oleh buah Parijotho. Keduanya didiamkan selama tujuh hari. Setelah semua proses selesai, air hasil fermentasi dientas dan disimpan ke dalam lemari pendingin.
”Kandungnya ada probiotik, bermanfaat untuk pencernaan. Melihat anak muda sekarang hanya mengunggulkan trend dan tak memperhatikan kesehatan, maka kombucha ini perlu dikonsumsi,” tambahnya.
Minuman buah Parijotho kini dipasarkan ke sejumlah coffee shop lokal maupun ke luar Kabupaten Kudus. Harga satu botol Kombucha Parijotho berukuran 250 mililiter dibanderol Rp 45 ribu.
Dirilisnya minuman Kombucha Parijotho ini, merupakan upaya bertahan di tengah pandemi Covid-19. Roda ekonomi perlu dijalankan. Terlebih lagi Ribut harus tetap menggaji karyawannya setiap bulannya.
Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, pria pemilik CV Alam Muria (Alammu) itu mengaku pesanan produk Parijotho naik drastis. Kenaikannya naik menjadi empat kali lipat. Mulannya sebelum pandemi hanya 1.500 botol sirup maupun kombucha. Kini mampu penjualannya meningkat sebanyak 6 ribu botol. Hal itu didukung bertambahnya resellernya.
Sementara aktivitas penjualan selama pandemi didominasi melalui platform digital. Dirinya mengaku, penerapan digitalisasi marketing sangat berdampak signifikan. Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa mudah diakses dan dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia maupun dunia.
”Reseller kami ada sekitar 150-an, kami dan mereka (Reseller, Red) mempromosikan produk lewat Shopee,” bebernya.
Menurutnya, pemanfaatan digitalisasi marketing ini sangat diperlukan di era sekarang. Terlebih lagi lewat aplikasi Shopee produknya dikenal luas. Ribut telah memasarkan produknya lewat Shopee semenjak 2018. Hal ini juga didukung pula pemasaran oleh para reseller-nya pada platform itu.
Tak hanya mempromosikan produk saja. Lewat platform digital tersebut dia juga memberikan edukasi kepada calon pembeli. Parijotho kaya akan manfaat untuk tubuh. Yaitu, untuk mencegah kanker, resiko penyakit jantung, menangkal radikal bebas. Seringkali buah tersebut dikonsumsi untuk meningkatkan kesuburan pada ibu. (gal)