Fajarin Eka Endarti berhasil membuat batik ecoprint diberagam kain. Semua itu diolahnya secara mandiri. Termasuk bahan ecoprint dari dedaunan tanaman di pekarangannya.
EKO SANTOSO/RADAR KUDUS, Grobogan, Radar Kudus
HALAMAN rumah Fajarin Eka Endarti penuh dengan tumbuhan. Layaknya kebun, bahkan cenderung mirip hutan. Terdapat tanaman dengan daun-daun yang indah. Seperti eucalyptus, kenikir, daun jati, mangsi, dan daun tumbuhan lanang.
Tumbuhan-tumbuhan itu sengaja ditanam Fajarina Eka Endarti. Perempuan 47 tahun itu memanfaatkan dedaunan untuk pembuatan batik ecoprint. Beragam produknya bisa dilihat di ruang tamu. Terdapat alat peraga yang ditempeli pakaian berbatik ecoprint itu.
Mulai dari mukena, slayer, pashmina, baju, sajadah, sarung bantal, dan totebag. Dalam beragam jenis pakaian itu akan didapati batik ecoprint dengan ciri khas dedaunan dari tanaman yang ia tanam di halaman depan ruamhnya. Pembeli pun tinggal memilih sesuai selera.
Biasa membuat ecoprint menggunakan kain katun dan kain sutra. Ukurannya beragam. Di antaranya ukuran 180 cm x 215 cm dan ukuran 200 cm x 115 cm.
Harga produk tersebut bervariasi. Produk kerudung dimulai dari harga Rp 125 ribu hingga Rp 200 ribu. Sementara untuk baju dan mukena dijual agak mahal yakni seharga Rp 250 ribu sampai Rp 400 ribu. Sebab membutuhkan bahan dan waktu pengerjaan yang berlebih.
“Kalau harga murah ya slayer. Harganya jualnya Rp 60 ribu. Kalau totebag dijual seharga Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu,” paparnya.
Perempuan 47 tahun itu mengaku permintaan produksi ecoprint miliknya datang dari berbagai daerah. Seperti daerah Grobogan, eks karesidenan Pati, Purworejo, Kebumen, Jakarta, Sidoarjo, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Sementara untuk perawatan ia menyarankan agar produk kain ecoprint itu harus di cuci dengan tangan, tidak boleh memakai mesin cuci. Disarankan menggunakan deterjen halus. Saat menyetrika kain itu juga perlu kehati-hatian.
“Jangan menggunakan pemutih dan jemurnya harus ditempat yang teduh,” ujarnya sambil memegang kain karyanya.
Fajrina menyebut kemampuannya membuat kreasi batik ecoprint itu belajar dari sosial media. Terutama Youtube. Ia kerap menonton tutorial pembuatan ecoprint hingga chanel-chanel tentang kreasi pembuatan ecoprint. Dari situlah ia mendapatkan ilmu dan menerapkan sendiri.
“Akhirnya saya bisa berkreasi dan membuat batik ecoprint itu pada tujuh produk pakaian meliputi slayer, pashmina, baju, mukena, sajadah, totebag, dan sarung bantal,” jelasnya.
Sementara untuk mempermudahnya dalam menghasilkan produk, ia menyebut dirinya memilih menanam beragam tumbuhan di halaman rumah. Sehingga tidak kebingunan mencari bahan baku ecoprint dari dedaunan kala menghasilkan produk. Selain itu juga lebih hemat.
“Cara pembuatannya sama dengan cara pembuatan ecoprint pada umumnya,” terangnya. (*/zen)