Bisa umrah saat pendemi seperti saat ini, menjadi kesempatan yang sangat langka. Hal ini didapat Sokheh, warga Jepara. Meski harus menjalani karantina di Jakarta saat pulang, tapi dia mengaku sangat lega dan puas dengan pelayanan di Arab Saudi.
NIBROS HASSANI, Radar Kudus
SENYUM mengembang terlihat pada wajah laki laki berusia lanjut itu. Dengan berbalut pakaian ihram, ia berjalan di depan Hotel Mariot. Tak lupa masker medis selalu ia kenakan. Ia baru sampai di Makkah setelah menempuh perjalanan dari Madinah. Saat itu suhu berkisar 7 derajat celsius. Suhu yang dingin itu tidak membuat pria bernama Sokheh, warga Jepara itu, berhenti berjalan.
”Syukur alhamdulillah kita (rombongan umrah, Red) telah sampai di Makkah,” ungkapnya sembari tersenyum dalam sebuah video yang dikirimkan kepada wartawan kemarin. Jempolnya teracung, ia berkata puas dengan layanan yang didapatkan selama perjalanan.
Terlihat dalam video bangunan Hotel Mariot itu. Dindingnya berkeramik krem. Dalam video itu ia mengatakan, hotel itu adalah hotel paling baru di Makkah. Tepatnya di Jabal Umar.
Ia bercerita, menjadi salah satu peserta umrah asal Indonesia yang berhasil berangkat saat pandemi. Merupakan kesempatan langka pada masa seperti ini. Pria yang akrab disebut ”yai” ini, tidak sendiri. Ia umrah bersama peserta lain dari seluruh Indonesia.
Yai Sokheh adalah pemilik Ar Rehab Tour Jepara. Selain umrah, ia datang ke Makkah dalam rangka mitigasi. Juga melihat kesiapan lokasi umrah dan haji di dua Tanah Haram (Makkah dan Madinah).

Meski tidak sendiri, dia menjadi satu-satunya warga Jepara yang datang melaksanakan umrah pada masa pandemi ini. Pada 30 Desember 2021 lalu, ia berangkat bersama Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI). Sebelumnya, ia melaksanakan karantina selama 24 jam dan tes PCR.
Ia berangkat menggunakan pesawat Saudi Airlines. Sesampainya di Arab Saudi, dia menghadapi serangkaian proses di bagian imigrasi. Kata Sokheh prosesnya rumit. Namun, setelah diperlihatkan hasil PCR bahwa mereka negatif, prosesnya menjadi lancar.
Ia menceritakan, pihak dari Arab Saudi menyambut mereka dengan meriah. ”Luar biasa orang Arab kalau menyambut tamu itu,” ujarnya.
Kata Sokheh, saat penyambutan mereka dikalungi bunga. Alasannya, karena dianggap sebagai pahlawan. Melihat kondisi seperti sekarang, harapannya jamaah umrah yang sudah sampai Arab Saudi bisa memberitahu jamaah Indonesia.
Ia melanjutkan dengan menceritakan kondisi di Makkah dan Madinah. ”Ziarah Nabi dan sa’i bebas. Tidak ada halangan. Yang penting menerapkan prokes (protokol kesehatan) ketat. Semua lokasi sudah disiapkan,” ungkapnya.
Selama umrah, penyelenggara dari Arab Saudi mensyaratkan penggunaan aplikasi. Tujuannya, untuk pengamanan waktu dan mencegah kerumunan. Dalam aplikasi tersebut, salah satunya bernama ”Tawakkalna”. Dalam aplikasi tersebut, jamaah diberi waktu yang harus digunakan betul.
Ia menerangkan, setiap ingin masuk ke sebuah tempat, jamaah akan diminta untuk memperlihatkan sistem aplikasi yang telah terintegrasi itu. ”Kalau berwarna ungu, artinya tidak boleh masuk. Kalau hijau boleh masuk,” jelas pria kelahiran Jepara pada 1963 ini.
Menurutnya, umrah selama pandemi tetap bisa berjalan lancar. Juga sampai pulang di Jakarta.
Dengan penerbangan menggunakan maskapai yang sama saat berangkat, ia sampai di Jakarta pada 10 Januari lalu. Hingga kemarin, ia telah melaksanakan karantina empat hari di Hotel iBis, Serpong. Lokasinya dekat dengan Bandara Soekarno Hatta. Ia merogoh kocek sekitar Rp 6,8 juta untuk karantina selama tujuh hari.
Ia juga bercerita, sebentar lagi pihaknya akan mempersiapkan keberangkatan jamaah umrah dari Jepara. ”Nanti kami rapat dulu,” ujarnya. ”Semoga nanti bisa kembali ke Jepara tanggal 17 (Januari) setelah melihat hasil PCR. Doakan saya ya,” imbuhnya melalui sambungan telepon. (*/lin)