Bermula dari kegelisahan tidak ada coffee shop yang mem-branding kopi lokal Muria, Fernando Samuel bergerak. Merintis bisnis kopi sejak sepuluh tahun silam. Kini upaya itu tak sia-sia. Diikuti banyak orang. Menjadikan kopi lokal Kudus itu kembali mekar.
EKO SANTOSO, Kudus, Radar Kudus
BANGUNAN lantai dua di Jalan Dr. Ramelan, Panjunan, Kota itu tampak sejuk. Tanaman hias memenuhi pintu masuk. Baik yang di pot maupun jenis tanaman rambat. Selain sejuk, tempat itu terlihat klasik. Bergaya semi Eropa. Dengan pintu dan jendela berkaca. Dengan kusen atas yang melengkung. Bercat putih Cocok untuk ngopi.
Benar saja, tertulis plang Kopithong yang terpasang di sebelah kanan bangunan. Sementara di bagian penghubung lantai satu dan dua, terdapat plang persegi panjang yang dipenuhi tulisan.
Pertama tertulis “Kopi yang baik, serutupnya merdu”. Tulisan ini besar. Di tengah-tengah. Sehingga mencolok. Di atas tulisan itu, dan masih dalam satu plang dapat terbaca “Menyajikan kopi Muria, yang diolah langsung dari kebun petani pegunungan Muria”.
Bangunan itu adalah coffe shop milik milik Fernando Samuel. Ia mendirikan coffee shop sejak 2012. Dia konsisten untuk mengangkat kearifan lokal Kopi Muria.

Doni menilai Kopi Muria memiliki kualitas yang bagus. Tak perlu diragukan. Sebab Kopi Muria sudah menjadi komoditas ekspor sejak zaman Belanda. Itu karena kopi lokal Kudus itu punya citarasa yang bagus.
Untuk itu dia berkomitmen mengangkat kopi Muria. Usaha itu didukung dengan makin maraknya petani kopi Muria di Kudus.
“Saya idealis, menu kopi utamanya Kopi Muria. Selebihnya kopi tamu seperti Kopi Toraja, Kopi Aceh, dan Kopi Bali,” ungkapnya.
Sementara menu lain seperti Cookies, es krim kopi, Kopi Klotok, Kopi Tubruk, Cappuccino, Latte, Moccaino dan es kopi menjadi pelengkap. Harga semua jenis minuman itu tergolong murah. Berkisar dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.
“Saya dulunya tinggal di Jakarta. Kemudian menetap di Kudus pada 2009. Dan pada 2012 mendirikan Kopithong,” katanya.
Selain di Jalan Ramelan, Doni juga memiliki Kopithong di kawasan sekitar kampus Universitas Muria Kudus. Selain itu ada dua kedai Kopithong di Jakarta. Tepatnya di Jalan Kayu Putih Jakarta Utara dan di Green Lake City Cengkareng, Jakarta Barat.
“Selain karena promosi kopi Muria, ini juga karena melihat ada peluang. Sebab dulu belum ada kedai kopi yang proper di Kudus. Dan sekarang justru bisa berkembang ke luar kota,” imbuhnya. (tos/him)