M. Iqbal Baihaky meraih juara I lomba nasyid nasional Golden Islamic Competition. Dalam menghafal lagu, dia cukup 15 menit. Tetapi rekaman berkali-kali dan ambil video setengah sehari.
MOH. NUR SYAHRI MUHARROM, Jepara, Radar Kudus
BERAGAM trophy dipajang di rak-rak yang terpasang di sudut ruangan yang jadi ruang tamu Pondok Pesantren Nurul Huda, Tegalsambi, Tahunan. Trophy-trophy itu milik para santri yang berprestasi. Ada yang juara lomba da`i, lomba rebana, juga lomba tilawah, dan nasyid. Jumlahnya lebih dari 20 buah.
Di antara piala itu milik M. Iqbal Baihaki. Terbaru tropy juara I lomba nasyid tingkat nasional Golden Islamic Competitition 2023, 17 Januari lalu.
”Ini baru datang kemarin,” ujar Iqbal sembari menimang-nimang trophy keemasan setinggi 20 sentimeter itu.
Selain trophy, sertifikat penghargaan juga datang berbarengan. Ia belum sempat menyimpannya di figura. Masih berupa kertas dengan tulisan namanya.
Kompetisi nasyid tingkat nasional itu digelar secara online. Masing-masing peserta mengirimkan karya rekamannya via e-mail ke penyelenggara. Proses tersebut berlangsung dari enam hingga 15 Januari. Lagu yang dibawanya saat itu berjudul Dzikrullah bergenre balasik. Musik khas padang pasir atau gambus.
Untuk membuat rekaman lagu itu, dirinya harus melakukannya di beberapa lokasi. Pertama, rekam suara. Itu dilakukan di Studio Rekaman Nusa Record Rengging, Pecangaan. Lebih dari tiga kali ia lakukan.
Selain di studio rekaman, dilanjutkan dengan pengambilan video rekaman. Lokasinya di Bungpes Kaliombo, Pecangaan.
”Itu (ambil video, Red) butuh setengah hari. Buat rekamannya lebih sulit. Menghafal lagunya cukup 15 menit. Diulang-ulang saja,” jelas pemuda yang duduk di semester V program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara ini.
Iqbal telah mendalami dunia rebana dan nasyid sejak dirinya masih kanak-kanak. Kebetulan, orang tuanya memang menggeluti dunia tersebut. Tiap kali orang tuanya ada undangan mengisi acara, dirinya ikut.
”Dulu, saat teman lainnya main, saya menghabiskan waktu di rumah. Memutar nasyid dari VCD player. Ada nasyid Langitan, Nasyida Ria, hingga Habib Syekh,” kenang pemuda asal Bulungan, Pakisaji ini.
Baru saat dirinya duduk di kelas IV SD, ia mulai mendalami tilawah. Nayid, rebana, dan tilawah ini masih ia tekuni hingga saat ini.
Bahkan, lewat bidang tilawah ini, dirinya juga mengajar di beberapa sekolah. Di antaranya di SMP N 1 Jepara, MTs Negeri 1 Jepara, MI dan MA Darul Hikmah Menganti, serta SMP Ma`arif Tegalsambi.
Ia memang mengikuti dawuh dari kiainya. Romo KH. Mahbub Junaidi yang mengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda, Tegalsambi, Tahunan. Bila punya ilmu dan bakat, harus bisa dirasakan orang lain. Jangan sampai dipendam sendiri. Begitu pesannya yang diingat terus oleh Iqbal.
Alasan itupula dirinya menggemari tiga bidang itu. Lewat tiga bidang itu, dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain bermanfaat bagi orang lain, tiga bidang itu juga jadi sumber prestasi bagi Iqbal.
Khusus nasyid, selama jadi mahasiswa dirinya telah berhasil meraih tiga kali juara. Pertama saat semester I, dirinya juara I lomba cover salawat tingkat Kabupaten Jepara. Kedua, semester III dirinya meraih juara II lomba ghina araby tingkat nasional di UIN Raden Mas Said Surakarta. Dan terakhir, ia meraih juara I Januari lalu dalam lomba nasyid Golden Islamic Competition.
Meski tiap tahun raih juara, dirinya tak mau puas diri. Ia ingin tetap mengembangkan potensi. Buktinya, ia tetap ikut latihan rebana, nasyid, dan tilawah. Itu diikutinya di aula Pesantren Nurul Huda tiap sepekan sekali. ”Mumpung masih jadi mahasiswa. Harus bisa raih prestasi sebanyak-banyaknya,” tandas Iqbal. (rom/zen)