KUDUS – Menyambut Ramadan 1443 H, Nojorono Kudus melalui melalui Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN), mempersembahkan tari “Lajur Caping Kalo” pada penutupan Dandangan 2023. Istilah Dandangan diambil dari suara bedug di Masjid Sunan Kudus saat ditabuh.
Dandangan merupakan tradisi kuno khas Kudus dalam menyambut datangnya bulan Ramadan.
Pada rangkaian acara Dandangan kali ini berbagai macam kegiatan telah dilaksanakan selama dua minggu jelang puasa.
Dan tari Lajur Caping Kalo disuguhkan apik dalam rangkaian penutupan acara Dandangan tahun ini.
Selama penampilan tari Lajur Caping Kalo, penonton tampak terpukau menyaksikan gerakannya yang kompak. Terkait tari Lajur Caping Kalo, pada tahun 2022 lalu, Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN) berhasil mencatatkan Caping Kalo di surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal sebagai Ekspresi Budaya Tradisional maupun sebagai pengetahuan Tradisional khas Kudus.
Tari Lajur Caping Kalo merupakan tari yang diciptakan oleh Balai Budaya Rejosari bersama YKBN. Tari Lajur Caping Kalo mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui acara Dandangan 2023. Harapannya tari Lajur Caping Kalo semakin dikenal oleh masyarakat Kudus dan berpotensi dalam pelestarian budaya Kudus.
Eksistensi Caping Kalo, jauh sebelum istilah strootjes yang kemudian dinamai kretek dicatat Belanda, sudah dikenal sebagai warisan budaya asli dari Kudus. Asingnya informasi terkait Caping Kalo sebagai produk budaya khas Kudus, mendasari YKBN untuk menjaga kelestarian Caping Kalo dari kepunahan dan minimnya literasi.

Ketua Yayasan Karya Bakti Nojorono F.X Sri Martono menerangkan tari Caping Kalo yang disuguhkan secara khusus dalam tradisi Dandangan merupakan sebuah kelanjutan dari upaya YKBN dalam memperkenalkan Caping Kalo ke masyarakat luas. Khususnya masyarakat Kudus.
”Kami harap sumbangsih Nojorono Kudus melalui YKBN dalam upaya pelestarian Caping Kalo mampu membawa banyak manfaat untuk masyarakat Kudus kedepannya. Kami juga berharap dengan adanya penampilan tarian Lajur Caping Kalo dalam acara Dandangan tahun ini dapat menginspirasi generasi muda untuk mampu mengembangkan budaya Caping Kalo. Hingga dapat dikenal dan diterima masyarakat luas nantinya,” ungkapnya.
Sementara itu, Aris Subkhan, Kepala Desa Gulang menyampaikan hal yang senada terhadap dukungan pelestarian budaya Caping Kalo dalam memeriahkan tradisi Dandangan. Menurutnya, upaya pengembangan pelestarian tari Lajur Caping Kalo tidak terlepas dari dukungan jajaran pemerintah dan masyarakat Kudus.
“Untuk itu, saya mengajak masyarakat Kudus agar peduli terhadap pelestarian budaya Caping Kalo dan juga tradisi Dandangan ini. Betapa tidak, para penari Lajur Caping Kalo pada Dandangan kali ini adalah warga Desa Gulang. Saya berharap, upaya ini mampu mempopulerkan tari Lajur Caping Kalo dan Caping Kalo itu sendiri agar tidak punah. Khususnya kepada masyarakat Desa Gulang. Dan manfaat ke depannya tari Lajur Caping Kalo bisa lebih berkembang lebih luas lagi,” tutup Aris. (*/lia/zen)