JAKARTA – PT PLN (Persero) menyempurnakan sistem digital rantai pasok material kelistrikan terpadu, demi meningkatkan kecepatan dan ketepatan layanan kepada pelanggan. Untuk memastikan sistem digitalisasi rantai pasok material kelistrikan ini, telah berjalan optimal di lapangan, Direktur Utama (Dirut) PLN Darmawan Prasodjo menyambangi Gudang Unit Layanan Pelanggan (ULP) Cikarang Kota dan Gudang Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bekasi pada Kamis (7/4) lalu.
”Kedatangan kami bukan ingin sidak. Sebenarnya ingin kangen-kangenan dengan tim di unit, sekaligus bagaimana upaya kita bisa meningkatkan pelayanan dan memperbaiki proses bisnisnya. Dari yang kami lihat, memang butuh perbaikan untuk tata kelola rantai pasok material kelistrikan ini. Dari tata kelolanya, kami harus membangun sistem informasi manajemen,” tegas Darmawan.
Dia menjelaskan, digitalisasi rantai pasok material kelistrikan sangat penting bagi PLN. Sebab, jumlah material yang dikelola di gudang-gudang PLN sangat banyak dan bervariasi, sehingga mustahil bisa dilakukan pengelolaan dengan baik jika dilakukan secara manual.
”PLN memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pelayanan prima kepada lebih dari 82 juta pelanggan. Diperlukan sistem informasi rantai pasok material kelistrikan yang terpadu, agar setiap permintaan pelanggan, mulai dari keluhan, penyambungan baru, hingga tambah daya dapat dilayani dengan cepat,” ungkapnya.
Dalam kunjungan tersebut, ia menemukan ketersediaan material sudah memadai dan sistem digital telah diterapkan masih perlu perbaikan di berbagai aspek. Pergerakan material mulai dari diterima Unit Induk dari Pabrikan, didistribusikan ke UP3, ULP, hingga ke petugas di lapangan telah menggunakan aplikasi gudang online dan SAP.
Namun, Darmawan menilai, perlu ada perbaikan dari sisi material fast moving, karena ditemukan adanya disparitas antara jumlah stok di aplikasi dengan jumlah stok riil di gudang. Hal ini berdampak pada tidak akuratnya perencanaan pengadaan material.
Sebagai contoh, stok kWh meter untuk penyambungan baru pelanggan atau miniatur circuit breaker (MCB) yang dibutuhkan untuk penambahan daya. Laju ketersediaan material ini, sangat cepat membuat terkadang unit layanan kehabisan stok material tersebut. Hal ini menyebabkan proses pelayanan kepada pelanggan menjadi tertunda. ”Ujung-ujungnya ini berdampak pada tidak optimalnya pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Selain itu, Darmawan juga menemukan bahwa material/aset yang sudah terpasang, tapi karena satu dan lain hal harus dikembalikan (material retur). Juga belum terkelola melalui sistem digital dan masih dikelola secara manual.
”Apakah aset tersebut masih bisa digunakan di tempat lain (relokasi) atau sudah rusak tetapi masih bisa diperbaiki. Atau bisa juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini juga perlu dikelola dengan baik melalui sistem digital,” terangnya.
Bergerak cepat, Darmawan langsung membentuk Tim Task Force Digitalisasi Pengelolaan Inventori untuk bisa segera menyelesaikan persoalan. Ia mengatakan, perlu ada review dan laporan yang day to day, agar pengawasan bisa lebih optimal.
Harapannya, seluruh proses bisnis pengelolaan inventori di gudang PLN menjadi lebih simpel, rapi, serta proaktif dalam memastikan ketersediaan material dan akuntabel. Seluruh prosesnya juga dapat dimonitor mulai dari jajaran direksi hingga petugas di lapangan. Dengan adanya perbaikan ini, dirinya meyakini pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan lebih baik. ”Ke depan, tidak ada lagi cerita pelanggan tidak terlayani dengan cepat, karena permasalahan dalam pengelolaan material,” ujar Darmawan. (lin)