25.2 C
Kudus
Friday, March 24, 2023

Yang Penting Hati Senang

TULISAN ini mestinya dimuat minggu lalu. Saat saya memulai perjalanan keliling dari Surabaya, Jember, Kediri, dan berakhir di Tawangmangu, Karanganyar.

Di perjalanan, saya dibisiki oleh direktur Jawa Pos Radar Edi Nugroho. Katanya, dia baru saja ditelepon oleh salah satu direktur sebuah perusahaan (dia menyebut nama dan nama perusahaan). Direktur itu bertanya tentang kondisi perusahaan. ”Saya jawab baik-baik saja,” kata Edi.

Lantas sang direktur mengungkapkan bahwa perusahaannya sudah amat berat. ”Saya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan,” kata direktur itu seperti ditirukan Edi.


Saya menduga perusahaan itu sudah stres berat. Sampai-sampai direkturnya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Stres itu bermula dari individu. Dari karyawan, orang per orang. Kemudian menjalar kepada pimpinan. Seluruh orang di perusahaan stres. Itulah stres berjamaah. Kalau sudah begitu sulit disembuhkan.

Saya kira semua perusahaan mengalami tekanan yang begitu berat. Apalagi kalau sampai sekarang belum ada tanda-tanda target akan tercapai. Hitungan tahun ini tinggal 50 hari. Itu pun masih kepotong hari minggu dan hari libur.

Saya merasakan betul kondisi seperti itu. Tahun 2021 belum berakhir. Belum tentu sukses juga. Namun sudah harus memikirkan tahun 2022 yang diperkirakan masih berat. Serangkaian rapat di Surabaya, Jember, Kediri, dan Karanganyar adalah untuk menata strategi dan langkah ke depan.

Apapun yang terjadi harus dihadapi dengan kepala dingin. Rapat di Jember sengaja di-setting agar lebih banyak ngadem-nya daripada bertarung strategi. Meeting di Hotel Aston hanya setengah hari. Malamnya digunakan untuk kongkow di Café Tebing. Bisa sambil mengisap cerutu. Itulah bukti bahwa kami selama ini baik-baik saja.

Perjalanan dari hotel Aston di kota Jember menggunakan bus eksklusif. Tempat duduknya diatur berhadap-hadapan. Di tengahnya ada meja lengkap dengan aneka snack. ”Pramugari” senantiasa menawari berbagai macam minuman. Rasanya seperti di kafe.

Baca Juga :  Tragis! Ritual Maut di Pantai Payangan Jember Tewaskan 11 Orang

Kafe itu berada di tebing. Udaranya dingin. Pemandangannya Kota Jember. Lampunya gemerlap. Makan kambing guling, ngopi, mengisap cerutu, dan makan durian, sambil menikmati pemandangan indah cukup merelaksasi tubuh dan pikiran yang terus-menurus terforsir belakangan ini.

Di Kediri, rapat diatur serupa. Setelah membedah rencana enam perusahaan, malamnya makan-makan di Pari Café and Resto yang ada kebun binatang mininya. Kafe ini berada di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Lagu My Way yang dilantunkan dengan apik oleh Direktur Radar Kediri Kurniawan Muhammad mengawali kongkow malam itu. Selanjutnya sampai tengah malam acara hanya diisi makan-makan dan bernyanyi.

Serangkaian rapat tersebut diakhiri di Tawangmangu. Waktunya lebih banyak digunakan untuk Jeep-jeepan. Yaitu berkeliling sekitar tempat wisata di Gunung Lawu itu, menggunakan Jeep. Menikmati pemandangan indah dengan udara yang masih sejuk.

Semua acara tadi diatur hanyalah untuk menjaga agar semangat tidak kendur. Sebaliknya justru meningkat. Inilah kunci menghadapi tekanan. Menyusun rencana perusahaan dengan hati senang.

Banyak jalan digunakan untuk menjaga agar karyawan tidak stres. Cara sederhana pun bisa. Saya, misalnya, memanfaatkan momen peringatan maulud nabi. Karyawan berkumpul. Yang tidak suka mauludan cukup berniat silaturahim dan meninggalkan maksiat. Makannya nasi gudeg. Yang penting semua bisa bergembira.

Kondisi seberat apapun baik tahun ini maupun tahun depan harus dihadapi dengan gembira. Qul bifadllillahi wabirohmatihi fabidlalika falyafrokhu (Katakanlah, dengan karunia Alllah dan rahmat-Nya hendaknya kita bergembira). (*)


TULISAN ini mestinya dimuat minggu lalu. Saat saya memulai perjalanan keliling dari Surabaya, Jember, Kediri, dan berakhir di Tawangmangu, Karanganyar.

Di perjalanan, saya dibisiki oleh direktur Jawa Pos Radar Edi Nugroho. Katanya, dia baru saja ditelepon oleh salah satu direktur sebuah perusahaan (dia menyebut nama dan nama perusahaan). Direktur itu bertanya tentang kondisi perusahaan. ”Saya jawab baik-baik saja,” kata Edi.

Lantas sang direktur mengungkapkan bahwa perusahaannya sudah amat berat. ”Saya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan,” kata direktur itu seperti ditirukan Edi.

Saya menduga perusahaan itu sudah stres berat. Sampai-sampai direkturnya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Stres itu bermula dari individu. Dari karyawan, orang per orang. Kemudian menjalar kepada pimpinan. Seluruh orang di perusahaan stres. Itulah stres berjamaah. Kalau sudah begitu sulit disembuhkan.

Saya kira semua perusahaan mengalami tekanan yang begitu berat. Apalagi kalau sampai sekarang belum ada tanda-tanda target akan tercapai. Hitungan tahun ini tinggal 50 hari. Itu pun masih kepotong hari minggu dan hari libur.

Saya merasakan betul kondisi seperti itu. Tahun 2021 belum berakhir. Belum tentu sukses juga. Namun sudah harus memikirkan tahun 2022 yang diperkirakan masih berat. Serangkaian rapat di Surabaya, Jember, Kediri, dan Karanganyar adalah untuk menata strategi dan langkah ke depan.

Apapun yang terjadi harus dihadapi dengan kepala dingin. Rapat di Jember sengaja di-setting agar lebih banyak ngadem-nya daripada bertarung strategi. Meeting di Hotel Aston hanya setengah hari. Malamnya digunakan untuk kongkow di Café Tebing. Bisa sambil mengisap cerutu. Itulah bukti bahwa kami selama ini baik-baik saja.

Perjalanan dari hotel Aston di kota Jember menggunakan bus eksklusif. Tempat duduknya diatur berhadap-hadapan. Di tengahnya ada meja lengkap dengan aneka snack. ”Pramugari” senantiasa menawari berbagai macam minuman. Rasanya seperti di kafe.

Baca Juga :  Wanita Hebat dalam Kunjungan Dahlan

Kafe itu berada di tebing. Udaranya dingin. Pemandangannya Kota Jember. Lampunya gemerlap. Makan kambing guling, ngopi, mengisap cerutu, dan makan durian, sambil menikmati pemandangan indah cukup merelaksasi tubuh dan pikiran yang terus-menurus terforsir belakangan ini.

Di Kediri, rapat diatur serupa. Setelah membedah rencana enam perusahaan, malamnya makan-makan di Pari Café and Resto yang ada kebun binatang mininya. Kafe ini berada di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Lagu My Way yang dilantunkan dengan apik oleh Direktur Radar Kediri Kurniawan Muhammad mengawali kongkow malam itu. Selanjutnya sampai tengah malam acara hanya diisi makan-makan dan bernyanyi.

Serangkaian rapat tersebut diakhiri di Tawangmangu. Waktunya lebih banyak digunakan untuk Jeep-jeepan. Yaitu berkeliling sekitar tempat wisata di Gunung Lawu itu, menggunakan Jeep. Menikmati pemandangan indah dengan udara yang masih sejuk.

Semua acara tadi diatur hanyalah untuk menjaga agar semangat tidak kendur. Sebaliknya justru meningkat. Inilah kunci menghadapi tekanan. Menyusun rencana perusahaan dengan hati senang.

Banyak jalan digunakan untuk menjaga agar karyawan tidak stres. Cara sederhana pun bisa. Saya, misalnya, memanfaatkan momen peringatan maulud nabi. Karyawan berkumpul. Yang tidak suka mauludan cukup berniat silaturahim dan meninggalkan maksiat. Makannya nasi gudeg. Yang penting semua bisa bergembira.

Kondisi seberat apapun baik tahun ini maupun tahun depan harus dihadapi dengan gembira. Qul bifadllillahi wabirohmatihi fabidlalika falyafrokhu (Katakanlah, dengan karunia Alllah dan rahmat-Nya hendaknya kita bergembira). (*)


Most Read

Artikel Terbaru