24.3 C
Kudus
Monday, March 20, 2023

Jalan-Jalan Lagi, Kulineran Lagi

TAHUN 2022 Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Ekonomi tumbuh melebihi tahun sebelumnya. Apalagi berada di tahun macan air. Oleh para ahli fengsui macan disebut-sebut merupakan lambang keperkasaan, keberanian, dan percaya diri.

Itu semua kata para ahli dan pengamat. Bagi saya dan Anda, yang penting bagaimana menjalani. Kalau kita menyikapi dengan biasa-biasa saja, hasilnya tidak akan berbeda.

Saya sebagai penggerak roda perusahaan memasuki 2022 dengan berlari. Segala persiapan telah dimatangkan. Tujuan telah ditetapkan. Rencana telah disusun. Serangkaian rapat menginventarisasi problem dan hambatan telah dilakukan di penghujung tahun.


Bagi Radar Kudus dan Radar Semarang memang tidak ada istilah hari libur. Pada saat kebanyakan orang menikmati vakansi akhir tahun, kami justru gas pol. Dan, sewaktu masyarakat masih mengisi liburan awal tahun, kami harus berlari. Menginjak gas lebih awal untuk menyikapi kebangkitan ekonomi.

Radar Semarang menutup tahun dengan pelatihan guru menulis ke-140 persis di hari terakhir tahun 2021. Saya membuka secara daring di Jogja. Radar Kudus melakukan hal serupa sehari sebelumnya. Saya memberi sambutan ketika di Magelang.

Untuk bangkit pada 2022 tergantung kita menyikapi. Yang paling mendasar adalah mengubah mindset. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Tahun 2022 harus lebih baik dari 2021. Be better be greater! Semua harus dilakukan dengan ukuran yang jelas.

Menjelang pergantian tahun saya harus memantau perusahaan dengan ketat. Manajer keuangan tahu apa yang harus dilakukan. Mengirimi saya angka-angka capaian perusahaan. Begitu detail. Untuk memahami harus dengan konsentrasi tinggi. Sampai-sampai terasa uban saya semakin lebat.

Agar tidak stres saya harus mengatur situasi. Pergi ke tempat rekreasi. Hanya untuk menanangkan diri. Sambil melihat perubahan gaya hidup masyarakat memasuki 2022.

Kadang-kadang saya tertawa sendiri. Katanya pandemi belum hilang, tetapi tempat-tempat rekreasi sudah meluber. Pelataran Candi Borobudur dipenuhi wisatawan. Semua hotel di sekitarnya full book. Apalagi di Malioboro, Jogja. Sulit sekali berjalan tanpa bersenggolan sesama pengunjung.

Baca Juga :  Koran dan Radio Terus Berjuang!

Di Pantai Slili, Gunung Kidul, yang terpencil pun ramainya minta ampun. Kesan saya, sudah tidak ada lagi orang takut korona. Pantai-pantai dan tepat wisata lain seolah menjadi tempat balas dendam. Sampai kemarin dibanjiri wisatawan. Saya mengamati ketika perjalanan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur kemarin, semua tempat parkir penuh. Bahkan sampai meluber di jalan raya.

Memang tidak ada perayaan tahun baru secara seremonial. Tidak ada pesta kembang api. Panggung-panggung hiburan dibikin berhenti. Alun-alun menjadi kota mati. Nyatanya juga tidak terlalu menyakitkan hati.

Saya menikmati tahun baru di Kudus dengan di rumah saja. Tak terpengaruh oleh ajakan sanak-saudara. Mereka masih nekat ke kota. Tidak mendapat hiburan apa-apa.

Ingatan saya tertuju pada malam pergantian tahun 2020-2021. Saat itu saya menjalani isolasi mandiri di rumah. Seorang diri. Pada malam pergantian tahun ini saya juga di rumah. Tetapi lebih bersyukur. Sehat walafiat.

Tahun lalu itu, banyak manajer, redaktur, wartawan, dan karyawan lain yang positif Covid-19. Ulin Nuha, redaktur pelaksana Radar Kudus juga menjadi korban. Mengisolasi diri di asrama Akbid Kudus. Pada malam pergantian tahun dia menghibur diri. Menyalakan kembang api. Videonya dipamer-pamerkan. Termasuk kepada saya.

Alhamdulillah tahun ini pandemi Covid-19 sudah mereda. Akan semakin banyak orang makan-makan lagi, jalan-jalan, dan belanja. Nongkrong di kafe maupun angkringan berlama-lama. Gaya hidup mereka akan berubah. Ada yang kembali ke masa sebelum pandemi. Ada yang meloncat lebih jauh lagi. Itu semua indikator kemajuan negeri ini. Sekali lagi tergantung kita menyikapi. (*)


TAHUN 2022 Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Ekonomi tumbuh melebihi tahun sebelumnya. Apalagi berada di tahun macan air. Oleh para ahli fengsui macan disebut-sebut merupakan lambang keperkasaan, keberanian, dan percaya diri.

Itu semua kata para ahli dan pengamat. Bagi saya dan Anda, yang penting bagaimana menjalani. Kalau kita menyikapi dengan biasa-biasa saja, hasilnya tidak akan berbeda.

Saya sebagai penggerak roda perusahaan memasuki 2022 dengan berlari. Segala persiapan telah dimatangkan. Tujuan telah ditetapkan. Rencana telah disusun. Serangkaian rapat menginventarisasi problem dan hambatan telah dilakukan di penghujung tahun.

Bagi Radar Kudus dan Radar Semarang memang tidak ada istilah hari libur. Pada saat kebanyakan orang menikmati vakansi akhir tahun, kami justru gas pol. Dan, sewaktu masyarakat masih mengisi liburan awal tahun, kami harus berlari. Menginjak gas lebih awal untuk menyikapi kebangkitan ekonomi.

Radar Semarang menutup tahun dengan pelatihan guru menulis ke-140 persis di hari terakhir tahun 2021. Saya membuka secara daring di Jogja. Radar Kudus melakukan hal serupa sehari sebelumnya. Saya memberi sambutan ketika di Magelang.

Untuk bangkit pada 2022 tergantung kita menyikapi. Yang paling mendasar adalah mengubah mindset. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Tahun 2022 harus lebih baik dari 2021. Be better be greater! Semua harus dilakukan dengan ukuran yang jelas.

Menjelang pergantian tahun saya harus memantau perusahaan dengan ketat. Manajer keuangan tahu apa yang harus dilakukan. Mengirimi saya angka-angka capaian perusahaan. Begitu detail. Untuk memahami harus dengan konsentrasi tinggi. Sampai-sampai terasa uban saya semakin lebat.

Agar tidak stres saya harus mengatur situasi. Pergi ke tempat rekreasi. Hanya untuk menanangkan diri. Sambil melihat perubahan gaya hidup masyarakat memasuki 2022.

Kadang-kadang saya tertawa sendiri. Katanya pandemi belum hilang, tetapi tempat-tempat rekreasi sudah meluber. Pelataran Candi Borobudur dipenuhi wisatawan. Semua hotel di sekitarnya full book. Apalagi di Malioboro, Jogja. Sulit sekali berjalan tanpa bersenggolan sesama pengunjung.

Baca Juga :  Penghargaan yang Menginspirasi

Di Pantai Slili, Gunung Kidul, yang terpencil pun ramainya minta ampun. Kesan saya, sudah tidak ada lagi orang takut korona. Pantai-pantai dan tepat wisata lain seolah menjadi tempat balas dendam. Sampai kemarin dibanjiri wisatawan. Saya mengamati ketika perjalanan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur kemarin, semua tempat parkir penuh. Bahkan sampai meluber di jalan raya.

Memang tidak ada perayaan tahun baru secara seremonial. Tidak ada pesta kembang api. Panggung-panggung hiburan dibikin berhenti. Alun-alun menjadi kota mati. Nyatanya juga tidak terlalu menyakitkan hati.

Saya menikmati tahun baru di Kudus dengan di rumah saja. Tak terpengaruh oleh ajakan sanak-saudara. Mereka masih nekat ke kota. Tidak mendapat hiburan apa-apa.

Ingatan saya tertuju pada malam pergantian tahun 2020-2021. Saat itu saya menjalani isolasi mandiri di rumah. Seorang diri. Pada malam pergantian tahun ini saya juga di rumah. Tetapi lebih bersyukur. Sehat walafiat.

Tahun lalu itu, banyak manajer, redaktur, wartawan, dan karyawan lain yang positif Covid-19. Ulin Nuha, redaktur pelaksana Radar Kudus juga menjadi korban. Mengisolasi diri di asrama Akbid Kudus. Pada malam pergantian tahun dia menghibur diri. Menyalakan kembang api. Videonya dipamer-pamerkan. Termasuk kepada saya.

Alhamdulillah tahun ini pandemi Covid-19 sudah mereda. Akan semakin banyak orang makan-makan lagi, jalan-jalan, dan belanja. Nongkrong di kafe maupun angkringan berlama-lama. Gaya hidup mereka akan berubah. Ada yang kembali ke masa sebelum pandemi. Ada yang meloncat lebih jauh lagi. Itu semua indikator kemajuan negeri ini. Sekali lagi tergantung kita menyikapi. (*)


Most Read

Artikel Terbaru